google-site-verification: google0ff5c5556fbbcbba.html

.:l jendela l:.

Celah Sirkulasi Untuk Berbagi

29.12.09

Sepekan bersama Keponakan

Diposting oleh diNa |

Saya dan suami sudah bertahun-tahun mengarungi bahtera rumah tangga, namun sepertinya Tuhan belum berkenan memberikan kami 'penumpang'. Kami pun tanpa lelah terus berlayar mengarungi bahtera kehidupan. Susu, popok dan tangisan bocah untuk sementara diganti Tuhan dengan hari-hari penuh canda bersama suami.

Desember ini, saya ambil cuti 4 hari. Tapi karena ada long weekend, libur saya berkesan jadi panjang. Namun karena cuti baru di OK, suami pun bilang KO! "Bayangin, hari gini, peak season lagi, mau kemana kita?" ujar suami mencoba defense saat saya mengajaknya pergi agak jauh, syukur-syukur bisa memanfaatkan kartu sakti NPWP. Tapi boro-boro pakai NPWP, ke Bali atau Bandung saja kebanyakan hotel sudah fully booked. Inilah saatnya panen bidang transportasi dan akomodasi. Memang benar, cuti kudu dipikir jauh hari, supaya kita bisa memperkirakan tujuan dan budgetnya. Tapi apa daya tanggung jawab pekerjaan harus dijawab.

Setelah beradu argumentasi, tanpa tensi tinggi. Kami sepakat Jogja sebagai tujuan mufakat, walaupun seminggu yang lalu kami baru saja ke Jogja menghadiri pernikahan sepupu. Untuk memberi gimmick liburan, kami berencana mengajak Rangga, bocah laki-laki usia 6 tahun keponakan kami. Itu berarti kami harus nego ke kakak ipar. Walaupun libur resmi Rangga kurang sehari, tapi ijin orang tua sudah digenggam. Namun Rangga mensyaratkan khusus, ia mau bergabung kalau naik pesawat. Bocah multitalent ini memang punya keinginan terbang, karena kakak-kakaknya sudah pernah merasakannya. Kami pun mengiyakan permintaannya.

Sebagai pembelajaran, mulai memesan tiket, bocah klas 1 SD tadi kami ajak mengurusnya. Berbagai pertanyaan soal penerbangan dengan kemasan wajah sumringah terus mengucur. Terlebih saat tiket sudah ditangan, dan saya memintanya untuk membaca nama yang tertera. Suara khas bocah mengeja kalimat lantang terdengar: "Taranggana!!" Mulutnya yang lebar menyeringai memperlihatkan gigi-gigi susunya, senyum tulus inilah yang menghipnotis saya dan suami. Jujur, saya melihat keceriaannya. Seandainya hari-hari saya bisa melihat senyumannya, tentu tekanan pekerjaan tidak membuat saya lelah.

Pagi hari saat keberangkatan, seharusnya saya suka cita. Namun, cuaca di luar memberi pemandangan lain. Hujan deras dengan waktu tanpa batas. Jujur, ada rasa takut karena harus terbang dengan anak orang. Telpon rumah berdering, suara Rangga menanyakan jam jemputan. Hati pun semakin kuat berkat dorongan suami. Ketika sampai di rumahnya, Rangga dengan dandanan sporty-nya diantar papa dan mamanya. Mereka bahu-membahu memindahkan Rangga ke mobil dengan lindungan payung. Badannya sedikit basah, namun senyumnya tak pernah lepas.


Mandiin, nyuapi (meskipun sekarang sudah belajar makan sendiri), memberi vitamin, membuat susu, ngelonin tidur menjadi aktivitas rutin selama di Jogja. Belum lagi harus mengantar ke tempat bermain anak. Blas! Ga ada aktivitas wisata buat diri sendiri. Capek tapi asyik!

Hari pertama tiba-tiba Rangga jadi pendiam, tenggorokannya sakit katanya. Malam itu juga kami ke dokter anak. Kami tidak ingin liburan Rangga jadi terganggu. Belum lagi tiba-tiba giginya ada mau tanggal. Saya harus bisa meyakinkan bahwa itu adalah hal yang biasa. Untung Rangga anak yang gampang diberi pengertian, ga rewel. Rasanya tidak banyak anak seumur dia yang mempunyai tingkat pengertian seperti ini. Belum lagi dia dapat menciptakan kesibukan buat dirinya sendiri, menari gaya Jacko, menyanyi lagu-lagunya Nidji, bikin cerita boneka dengan menggunakan robot-robotnya, hmmm.. seandainya dia anak saya.. :) Seminggu ini benar-benar memberikan experience yang menyenangkan dan penuh tantangan. Ingin rasanya memperpanjang liburan.

Rangga… tunggu akhir tahun ya.. kita liburan bersama lagi.






Baca lanjutannya ya...>>>>>
4.12.09

DESEMBER - 'gede-gedene' sumber

Diposting oleh diNa |

Sebelum orang mengenal dan mengalami climate change alias perubahan musim, masyarakat Jawa sudah mengenal tata mangsa alias tatanan musim. Kakek dan nenek moyang telah mengajarkan ilmu ini secara turun-temurun. Secara logika, kita pun meyakini kebenarannya, mengingat waktu telah mengajarkannya lewat pengalaman.

Ilmu ini jelas sangat bermanfaat, mengingat mayoritas masyarakat Jawa adalah petani. Besar kecilnya curah hujan sangat berpengaruh terhadap jenis dan kualitas tanaman. Banyak sedikitnya air tanah tergantung dari kebutuhan masing-masing tanaman. Padi adalah 'unta'nya tanaman, sangat boros mengkonsumsi air, sehingga musim tanam harus disesuaikan saat musim hujan tiba. Sebaliknya, tanaman pangan jagoan dehidrasi adalah palawija yang sangat irit mengkonsumsi air. So, April alias mipril (curah hujan mulai sedikit, pral pril) saat tepat palawija berbicara. Sebaliknya, Desember alias gede-gedene sumber, dimana curah hujan sangat dasyat mengguyur bumi, adalah saat tepat padi bersemi.

Seperti halnya petani, para karyawan seperti saya juga berharap Desember benar-benar menjadi gede-gedene sumber. Berharap banyak bonus tahunan keluar. Kesempatan bisa mengisi sedikit pundi-pundi atau mewujudkan impian. Ini baru harapan loh.. tapi benar-benar diharapkan. Semoga didengar manajemen.

Namun, Desember alias gede-gedene sumber yang sebenarnya sudah menjadi kenyataan. Satu persatu amplop menghampiri meja kerja saya. Bukan amplop angpau, tapi undangan pernikahan! Inilah saatnya 'kewajiban' sosial datang, nyumbang time! Saatnya memberikan sedikit tali asih persaudaraan untuk para sahabat yang menikah. Desember memang gede-gedene sumber, entah sumber masuk, keluar atau masuk sebentar terus keluar lagi.., hehehe..

Baca lanjutannya ya...>>>>>
7.11.09

Menimbun Belanjaan

Diposting oleh diNa |

Basic-nya, belanja adalah pemenuhan kebutuhan. Saat stress 'membumi', maka belanja bisa menjadi media killing time, bahkan media lari dari stress. Bagi kaum hawa, konon belanja adalah salah satu aktivitas yang menyenangkan. Mungkin banyak juga yang sampai addict alias mania. Apalagi diperkuat dengan faktor pendukung, seperti tumbu oleh tutup, penghasilan mumpuni dan syukur-syukur masih dapat support dari pasangan. Kelompok inilah yang seringkali harus update fashion dan biasa lari dari tekanan stress dengan cara belanja mall to mall. Memang, semakin bagus karir dan pendapatan, dampak stress juga semakin meningkat, sehingga dibutuhkan biaya 'psikologis' yang tidak sedikit.

Sebagai perempuan, meskipun saya suka jalan, namun semangat belanja saya biasa-biasa saja. Kadang rasa malas kambuh saat harus memilih, utamanya saat diburu oleh waktu. Bagi saya, memilih adalah aktivitas yang menguras dan memeras waktu, tenaga dan pikiran. Bukan perfect, tapi saya selalu berusaha menjadi diri saya sendiri. Saya terbiasa menentukan sebuah pilihan dari berbagai angle. Yang pertama so pasti soal model. Pilihan saya biasanya mengarah ke model yang simple, unik tapi tidak terlalu girly. Yang begini saya banget deh.. Syukur-syukur gampang di mix and match dengan yang sudah ada. Setelah itu baru melihat warna dan harga. Warna oke dan harga sepadan ga ada alasan untuk menunda. Tapi kalau melebihi budget harus pikir-pikir dulu, kecuali kalau barang itu membelenggu pikiran saya, ga ada kata lain selain bungkuuuusss…!! Makanya saya sebenarnya tidak begitu suka area pilihan yang terlalu banyak. Itu berarti akan semakin menambah kebingungan jari jemari dan mata saya.

Kalau disuruh memilih, saya lebih suka mengantar daripada diantar belanja. Dalam prosesi belanja saya paling suka kalau ditemani orang-orang yang paham dengan kebiasaan saya. Mengingat memilih adalah bagian tersulit. Tapi jangan kaget (meskipun sebenarnya saya juga kaget) walau sulit memilih, tapi lemari saya terasa seperti kapal barang yang sarat muatan. Rasanya tak ada space lagi untuk barang baru. Sering saya tertawa geli saat membongkar isi lemari, tak jarang saya menemukan hasil buruan belanja yang belum terpakai karena tertumpuk, dan akhirnya lupa. Bukan hanya baju bahkan sepatu. Kondisi ini semakin diperparah oleh kebiasaan saya yang seringkali memakai yang itu itu saja kalau sudah terlanjur cocok.

Saya jadi berpikir, saya yang tidak mania belanja saja masih sering menyisakan baju dan sepatu belum terpakai, bagaimana dengan teman-teman yang hobinya belanja? Coba bongkar lemari, jangan-jangan ketemu baju dengan ukuran tubuh dua tahun yang lalu?? Wakz!








sumber gbr : cacee.com










Baca lanjutannya ya...>>>>>
18.10.09

Sawang Sinawang (Di atas Langit Masih Ada Langit)

Diposting oleh diNa |

Manusia memang tidak ada puasnya. Kadang kita lupa bersyukur dengan apa yang telah kita punya dan dapatkan. Saat masalah mendera, bumi serasa bergoncang memporakporandakan pikiran dan jiwa. Rasanya beban berat ber-ton-ton harus dipikul di pundak, sendirian! Tak jarang kondisi ini membuat frustasi datang menghampiri. Manusiawi. Mungkin kita pernah merasakan meskipun dengan kadarnya masing-masing. Namun, cobalah kita tengok lingkungan di sekeliling kita, mungkin beban yang harus kita hadapi ternyata tidaklah seberapa dibandingkan mereka.

Bulan lalu saya hadir di beberapa reuni yang menjadi bagian rutinitas aktivitas mudik. Menu utamanya adalah ceritera seru yang membuat tertawa ngakak bebas, melepaskan semua masalah yang menghimpit, saling ledek membongkar ceritera pilu penuh malu. Seperti layaknya tayangan di sebuah televisi, ceritera rahasia penuh malu dibongkar secara kelakar. Seperti ceramah umum, anak dan suami/istri serasa mendapatkan amunisi ceritera baru tentang ayah/ibunya di masa lalu.

Lepas seru-seruan selalu terselip ceritera pilu penuh haru. Satu persatu sahabat yang sedang mendapatkan ujian dari Allah terpapar secara panjang lebar. Ada yang sedang sakit, ada yang harus mulai merangkak lagi menegakkan ekonomi keluarga, ada pula yang sedang menghadapi riak-riak rumah tangga. Tragis, ingin menangis. Belum lagi melihat sahabat yang terlahir dari keluarga dengan ekonomi hebat namun tidak mampu memaksimalkan fasilitas untuk berkembang pesat. Ceritera keterpurukan ekonomi dan penyakit adalah bagian yang selalu menyesakkan dada. Seru-seruan saat reuni, berubah menjadi oleh-oleh rasa haru. Rasanya belum lama saat meninggalkan kebersamaan di sekolah dulu, perubahan hidup masing-masing bagaikan gangsing yang berputar dan menjadikan kita pusing.

Dibalik ceritera haru, ada juga ceritera membanggakan. Saat melihat sebagian dari sahabat yang dulu 'minus' sekarang menjadi famous. Yang dulu 'nothing' sekarang berdiri tegak dengan jabatan penting. Perjuangan hidup menjadikan dia layak untuk memetik hasilnya. Kadang beberapa teman terlihat jealous, mereka lupa karena tidak melihat jungkir baliknya selama ini. Pasti, sahabat-sahabat saya tadi adalah 'pejuang' nasib. Berjuang tanpa lelah dan berbuah keberhasilan.

Reuni bagi saya adalah obat kangen. Tertawa lepas untuk melepas tekanan kerja. Juga saat kita harus melihat jauuuuuhhh ke belakang. Melihat kembali kumpulan 'telur ayam' yang dierami bersama, 'menetas' juga hampir bersama, perhatian dari induk yang kurang lebih juga sama, namun perjuangan, doa dan garis tangan yang selalu menyertai kita hingga dewasa. Kalau melihat itu semua, tak henti-hentinya rasa syukur mengucur deras saya panjatkan ke hadiratNya. Di atas langit masih ada langit. Hidup memang harus sawang sinawang.

Baca lanjutannya ya...>>>>>
4.10.09

'Bonus' Mudik

Diposting oleh diNa |



Kemarau setahun, hujan berhari-hari. Kesegaran itulah yang saya rasakan. Kesegaran 'rohani' berkat amunisi spiritual dan sosial. Puasa telah banyak memberi pelajaran hidup. Menahan segala nafsu adalah pekerjaan penuh kesabaran. Berbagi, belajar untuk mengasah rasa peduli. Masih banyak pelajaran hidup yang dasyat, semua terangkum dalam indahnya Kemenangan Idul Fitri. Semua terasa lebih indah dengan hadirnya Silaturahmi. Dasyat, semua semakin terasa berarti dalam lingkungan indah bersama keluarga inti, keluarga luas, tetangga dan sahabat. Itulah artinya mudik!

Beruntung ya Allah, kami mempunyai roda empat, terlindung, sejuk dan empuk. Namun ya Allah, hati semakin teriris, sekaligus bangga manakala melewati segerombolan pemudik beroda dua. Satu anak, bapak dan ibu plus tas pakaian. Bahkan bisa lebih, dua atau tiga anak bersama bapak dan ibu tercinta disangga dua roda. Tidak ada atap berteduh, tidak ada AC yang menyegarkan dan tidak ada jaminan perlindungan kemanan di jalan. Saluuuutt.., semangat tetap menyala dalam mempertahankan tali silaturahmi. Jarak bukanlah halangan, tapi bagian dari 'sebuah permainan’ yang harus ditaklukkan. Sepanjang lebih 300 km rasa syukur terus dipanjatkan dapat mudik lebih aman dan privasi. Lebih bersyukur lagi melihat kelompok roda dua terlihat sumingrah dibalik kaca helm-nya

Tugas mudik adalah menyelesaikan sisa puasa, Sholat Ied bersama keluarga, saling bermaafan, membantu ‘open house’ ibu dengan para tetangga, makan ketupat opor ayam bersama, dan berbagi. Tugas mudik yang bersifat privasi adalah belajar menahan tidak gelap mata. Rakus adalah musuh utama, mati-matian harus menjaga berat ideal side effect ibadah puasa sebulan penuh. 'Bonus' mudik inti isi kepala adalah reunian. Bertemu sahabat lama di SD, SMP, SMA dan kuliah tidak semua bisa terpenuhi, walau ada perasaan kuat ingin bertemu. Memilih adalah solusi agar terjadi keseimbangan antara kebutuhan keluarga, mertua, saudara balance dengan kebutuhan sosial. Tahun ini saya mencoba empati untuk seorang sahabat SMA yang sedang berjuang melawan kanker. Bersama teman-teman SMA berusaha menjadi penyemangat bahwa kanker harus dilawan dan ada Tuhan yang Maha Segalanya.

Ujung dari rangkaian mudik adalah bertemu teman kuliah. Memilih rumah teman yang asri dan luas dengan bangunan joglonya yang unik jadilah ajang ‘ngrumpi’ yang asik. Blaaass.. semua urusan kantor dan tetek bengek di Surabaya sirna. Seperti orang 'sakit' yang sembuh total tanpa harus berobat. Guyon dan cengengesan masih orisinil seperti dulu. Memori di kampus berhembus disambut gelak tawa tak ada habisnya. Bersyukur saya selalu dikelilingi sahabat yang menyenangkan. Guyon ngawur ngalor ngidul dalam rasa hormat kekeluargaan yang tinggi. Alhamdulillah, Mudik ber'Bonus' yang tak terhingga nikmatnya.


Selamat jalan Lebaran 1430 H, sampai jumpa tahun depan!



Baca lanjutannya ya...>>>>>
5.9.09

Blogger Tetap Semangat dong..!

Diposting oleh diNa |

Saya memang tidak paham betul dunia blog. Tapi ada kemauan besar untuk memahami dunia ini. Dengan susah payah saya mencoba menikmati dunia ini. Beberapa buku dari rak toko buku saya pindah ke rumah. Bolak-balik halaman demi halaman saya kupas. Belajar dari situs tentang blog pun saya baca tuntas. Bingung adalah menu hari-hari pertama saya. Bukan hanya itu, puyeng juga jadi menu tambahan.

Saat template akhirnya tersaji, hati jadi terbuai serasa terbang tinggi. Jujur, ada perasaan bangga dapat menjinakkan template, walaupun masih dalam taraf yang sederhana. Perkara baru pun muncul, bagaimana caranya mengisi materi tulisan? Apa saja yang harus ditulis? Mosok hanya liputan kuliner? Mosok didominasi foto? Kalau menunya itu-itu saja pasti teman-teman yang 'bertamu' jadi malas untuk kembali mengetuk 'Jendela' ini. Ternyata menulis itu tidak mudah. Edisi menulis adalah zona blang-bleng-blong. Udah otaknya nge-blang, saat nulis semua rasanya ingin disajikan seperti rem yang blong. Ada yang bilang paling gampang ya nulis pengalaman. Tapi stok pengalaman yang menarik lama kelamaan pasti habis juga.

Jujur, blog walking banyak memberikan ilham baru bagi saya. Wangsit bisa dijimpit, tanpa harus komat kamit di tempat yang wingit. Benar-benar menyenangkan dapat bertamu untuk ngunduh ilmu.Ketakutan dan rasa gak pede sedikit demi sedikit mulai terkikis. Saya sudah merasa 'bangga' dengan bangunan 'Jendela' saya. Walau saya yakin seyakin-yakinnya bahwa bangunan tadi masih jauh dari ideal, jauh dari kenyamanan, tapi inilah media penyelamat saya untuk beraktualisasi.

Kini 'Jendela' saya sudah terbuka lebar. Saya siap menerima tamu-tamu yang datang menjelang. Saya juga semakin mencintai dunia baru saya: ngeblog! Perjalanan bertamu dari blog ke blog yang lain saya lakukan untuk menambah persahabatan baru. Namun kian hari saya kok merasa kian sepi ya.. Banyak blog yang kurang bergairah. Ada yang hiatus, ada yang lama gak update, bahkan tidak sedikit yang sudah meninggalkan dunia blog. Ada apa ini? Bosan? Mentok? atau tertarik meramaikan situs yang lain? Dengan segala keterbatasan saya sebagai blogger dan sebenarnya juga untuk menyemangati diri saya sendiri, saya hanya bisa menyampaikan pekik BTS: Bloger Tetap Semangaaaaaaaaaatttt!!





Baca lanjutannya ya...>>>>>
17.8.09

'Dijajah' Status

Diposting oleh diNa |

Status disini ga ada hubungannya dengan status di facebook. Status disini adalah label baru dari periode akil balik ke jenjang perkawinan. Label baru untuk jabatan baru, suami untuk kaum laki-laki dan isteri untuk kaum perempuan. Dengan catatan, perkawinan yang dilakukan adalah perkawinan normal.

Setelah MoU disaksikan penghulu atau sesuai dengan aturan agama yang lainnya, maka secara resmi banyak bagian hidup yang dipelajari sejak masa kanak-kanak hingga lajang dewasa menjadi banyak yang hilang. Bahkan menjadi kebiasaan baru yang harus dipelajari. Inilah serunya pengantin baru. Mungkin untuk periode kakek dan nenek juga bapak dan ibu kita dulu menjadi suatu kuajiban. Banyak norma yang 'mengharuskan' ini dan itu. Namun bisakah kondisi ini diterapkan pada masa sekarang?

Nah inilah sesuatu yang seru dan baru. Ternyata tidak semua pihak mampu menjalani status baru seperti jaman dulu. Bisakah para isteri yang sedang menanjak karirnya harus stop bekerja untuk mengurus anak dan rumah tangga? Bisakah para isteri yang pernah menikmati indahnya 'kemapanan' ekonomi harus sedikit terseok-seok karena adaptasi dengan kondisi ekonomi pasangan tanpa berbuat sesuatu? Bisakah para suami meninggalkan hobinya demi keluarga? Bisakah para pria keluar dari gang-nya hanya karena status barunya? Jaman modern ini bisa jadi agak longgar. Banyak faktor yang mempengaruhi, utamanya gaya hidup, tuntutan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga atau sekedar aktualisasi diri, atau mungkin juga karena pengaruh lingkungan.

Namun apapun bentuk kelonggaran pada masa kini tetap masih banyak kebebasan yang hilang setelah hidup dalam perkawinan. Mampukah kita saling menjaga agar hak-hak itu tetap mendapat tempat sehingga tidak ada lagi keluhan 'keterbatasan' karena sudah menyandang status baru dalam perkawinan?

Semoga 17 Agustus menjadi moment yang tepat bagi kita untuk mereview kebersamaan kita dengan pasangan. Utamanya hak-hak untuk mendapat kebahagiaan hidup, bergaul, beraktualisasi dalam koridor komitmen bersama dan agama.

Sudahkah Anda menikmati kemerdekaan dalam status perkawinan Anda?



Baca lanjutannya ya...>>>>>
31.7.09

Katanya..

Diposting oleh diNa |

Tiba-tiba saya jadi ingat pendapat salah seorang teman saya setahun yang lalu. Katanya saya ini mempunyai kecenderungan melankoli - koleris. Itu artinya saya orang yang teratur, rapi, terjadwal dan harus sesuai dengan fakta, tegas sekaligus goal oriented. Bukannya saya suka dengan penilaian ini tapi malah ngeri! Bagaimana tidak? Saya membayangkan diri saya dalam tekanan, terstruktur, ga nyantai dan kurang 'nakal' (jangan artikan yang macem-macem ya..).

Penilaian teman saya ini memang ga sepenuhnya benar karena dia hanya melihat dari luarnya saja dan tidak mendalam. Sebaliknya saya merasa justru watak phlegmatis saya lebih dominan daripada koleris. Seharusnya pola watak ini ditentukan dari pengisian kuesioner kemudian dihitung scorenya baru akan ketahuan watak mana yang dominan. Sebenarnya saya penasaran sekali dengan penentuan watak ini, sayang sekali sampai sekarang saya belum menemukan bukunya.

Idealnya sih kita mempunyai 4 jenis watak. Namun meskipun begitu, pasti ada watak yang menonjol. Apakah itu Si Sanguinis "Yang Populer", karena cenderung ingin populer, senang bicara, namun cenderung berpikir pendek. Si Melankoli "Yang Sempurna", karena serba teratur, rapi, umumnya suka dengan fakta-fakta dan berpikir secara mendalam. Ada juga Tipe Koleris "Yang Kuat". Tipe ini katanya suka tantangan, goal oriented, tegas, kuat, cepat dan tak mudah menyerah. Sedangkan tipe ke-4 yaitu si Phlegmatis "Yang cinta Damai". Tipe yang cenderung ga suka konflik, pendengar yang baik, tapi kurang bersemangat dan cenderung pendiam.

Meskipun belum sepenuhnya benar karena saya belum mengisi sendiri kuesionernya, tapi penilaian teman saya cukup menggelitik dan bikin saya jadi berpikir. Bukan hanya berpikir tentang diri saya tetapi juga orang di sekeliling saya. Hmm.. saya harus mengurangi melankoli dan koleris saya (meskipun saya merasa koleris saya tidak dominan), tambahin sedikit sanguin dan phlegmatis, pas deh.. (kaya masakan aja). Rasanya memang penting untuk mengerti watak kita. Paling engga setelah ada 'penilaian' dasar dari teman saya itu kini saya berusaha mengurangi kecenderungan saya yang melankoli dan koleris, supaya bisa lebih santai, ga terlalu mikir, biar bisa agak urakan dan ga stress kalau hasil tidak sesuai harapan. People Change!

Bukan hanya buat diri kita, tapi kita juga perlu tahu sifat partner kita, anak kita, teman, team kita sehingga hubungan interpersonal menjadi semakin mulus. Kita jadi semakin tahu kenapa ada perbedaan reaksi antara satu orang dengan orang lainnya. Ujung-ujungnya kita jadi dapat lebih memahami teman, anak, bahkan pasangan kita. Sedaaapp...

Semuanya mulai dari kita. Kenali diri kita yang sebenarnya. Sudahkah?





sumber : Personality Plus oleh Nina Iqbal

Baca lanjutannya ya...>>>>>
4.7.09

S t a t u s

Diposting oleh diNa |

Banyak sekali media jejaring sosial di lingkungan kita. Mulai dari arisan, kumpul trah, bani, reuni, friendster dan kini yang lagi ngetop adalah Facebook (FB). Jejaring sosial ini mewabah dasyat bak virus. Media ini mampu melintasi batas usia, sosial dan budaya. Bisa jadi karena fasilitas penyokongnya kian canggih dan perangkatnya mobile. Serba mudah dan serba praktis yang menjadikan jejaring sosial ini semakin melejit. Mungkin juga karena ditambah stress yang semakin rajin menghampiri kita sehari-hari sehingga kita membutuhkan teman banyak dan teman lama untuk berbagi. Kini, dimanapun dan kapan pun orang-orang bisa cengengesan, sambil utak utik ponsel gendutnya (haram menyebutkan brand-nya, hehehe..).

Saya lebih condong gara-gara kehadiran ponsel gendut inilah kalangan tanpa batas, utamanya kelompok atas dengan koleksi usianya ikut-ikutan meramaikan kegemaran yang dulu 'hanya' milik kaum muda. Beda dengan jaman Friendster dulu, rasanya hanya perangkat laptop yang paling mobile, sehingga untuk bermain-main dengan jejaring sosial ini baru bisa terlaksana jika ada komputer atau laptop di dekatnya.

Banyak hal baru dalam hidup kita, FB bak 'Komnas HAM' yang mampu menemukan orang-orang terdekat kita yang hilang karena minimnya media komunikasi saat itu. Banyak zona kehidupan terkuak tergantung dimana zona kita dulu berada. Jujur, akhir-akhir ini saya agak sering membuka FB, apalagi setelah teman-teman kuliah muncul satu persatu. Saling sahut, olok, sindir, utamanya saat cerita lama ter-upload dan menjadi bagian pengalihan stress pekerjaan.

Ada keceriaan berbaur geli yang kini menjadi santapan sehari-hari manakala saya baca status demi status empunya FB. Saya sadar banyak yang slengekan, namun tidak sedikit yang menuliskan serius tapi bikin saya geli. Ada yang menulis aktivitas minum kopi di cafe lengkap dengan suara sruput-sruputnya. Belum lagi ada yang update statusnya hanya karena kebingungan mau makan siang apa atau engga bisa tidur gara-gara pilek dan masih banyak lagi yang bikin saya senyam-senyum menahan geli. Bahkan ada juga yang menuliskan tentang suara hatinya, "Hari ini ayah pulang gak ya?"atau "Miss u Papa", ada juga yang sedang korslet dengan pasangannya perasaan muaknya terlontar di status tanpa sadar. Masih banyak lagi masalah-masalah yang sifatnya pribadi meluas menjadi santapan orang banyak.

Saya jadi bepikir, ternyata masyarakat kita banyak juga yang ekstrovert ya.. atau gara-gara FB kita jadi extrovert? Rasanya yang ada di pikiran pengen semuanya dituangkan. Tapi sadarkah kita kalau apa yang kita tulisakan bisa dibaca oleh seabrek orang?





sumber gbr : matunes.com

Baca lanjutannya ya...>>>>>
20.6.09

Diiiiiinnnn... Teeetttttt... Ngookkkkk....

Diposting oleh diNa |

Beberapa tahun belakang ini banyak tumbuh tiang traffic light di kota saya. Kota ++ (baca:plus plus) demikian saya menyebutnya. Plus bersihnya, plus hijau taman kotanya, plus ketertiban lalu lintasnya termasuk plus panasnya juga, hehehe..

Tiang-tiang penyangga lampu merah, kuning dan hijau itu tidak nongol di perempatan atau pertigaan jalan seperti layaknya traffic light, tapi ada di jalan-jalan lurus. Mungkin aneh bagi yang belum paham fungsinya. Lampu ini adalah persembahan tertinggi untuk para penyeberang jalan. Di negeri-negeri tetangga lampu ini sudah sangat familiar. Ada yang otomatis nyalanya, namun di jalan-jalan tertentu perlu sentuhan tangan untuk membuat warna merah menyala terang. Begitu warna merah menyala, stop..!! semua kendaran berhenti kompak. Setelah itu penyeberang santai melintas tanpa takut ancaman kelompok slonong boy yang hobi nyrobot lampu merah.

Setiap berangkat ke kantor saya juga melewati beberapa traffic light khusus buat penyeberang ini. Entah belum paham, entah masuk dalam gank slonong boy, banyak pengendara yang tetap nylonong meskipun lampu merah telah menyala. Bagi yang sudah paham pasti dengan ikhlas akan berhenti memberi kesempatan kepada para penyeberang jalan yang sudah request untuk melintas. Tekan tombol, lampu merah menyala dan seharusnya zebra cross lengang oleh arus kendaraan. Seharusnya ada perasaan aman bagi penyeberang karena sudah melalui prosedur yang benar, namun ternyata tak jarang ada pengendara yang tetap berusaha menyelinap diantara penyeberang dan pengendara lain yang telah taat berhenti. Beberapa kali saya melihat penyeberang yang hampir tersambar kelompok slonong boy ini. Miris!

Saya sering sewot melihat kebiasaan kelompok slonong boy ini. Katanya kita bangsa yang ramah, berbudaya dan bertoleransi tinggi, gerutu saya dalam hati. Yang lebih menggemaskan lagi, pada saat berhenti karena lampu merah menyala tanda ada penyeberang yang akan melintas, suara bel di belakang berbunyi bersautan, diiinnn.. teettttt.. ngookkk.. padahal lampu hazard sudah dihidupkan. Tak jarang suara-suara itu keluar dari mobil-mobil mewah. Duuuuuuhhhh... Cape deh!

Kondisi ini akan semakin miris jika kita melihat penyeberang jalan yang akan melintas di tempat yang tidak dilengkapi dengan lampu penyeberangan. Mari teman, mari sahabat, mari kawan, mari sobat kita galakan berbagi untuk penyeberang. Mari kita kampanyekan berhenti demi penyeberang dan nyalakan lampu hazard sebagai simbol. Bagaimana?




sumber gbr : yingshun.co.uk

Baca lanjutannya ya...>>>>>
21.5.09

Teman Rahasia

Diposting oleh diNa |

Ada seabrek istilah pertemanan. Ada yang menyebut dengan istilah sahabat, teman akrab, karib, konco plek, dan masih ada seabrek istilah lainnya. Tapi pernah dengar ga istilah TR alias Teman Rahasia?

Saya menemukan istilah asing ini saat ngobrol dengan seorang teman. Saat teman saya menggunakan istilah TR, kepala saya langsung berpikir ingin menemukan definisi yang pas. Saya mencoba dan mengkaitkan dengan TTM alias Teman Tapi Mesra. Pikir saya, karena ada istilah rahasia, pasti ada bagian perselingkuhan di dalamnya. Kalau fisik, mungkin terlalu ekstrim, minim ada hati yang dishare di sini. Namun, semua definisi saya yang mengarah ke arah perselingkuhan direject olehnya. Saya pun jadi penasaran untuk mendengar lebih jauh kuliah terbuka soal TR. Menurutnya, secara singkat TR bukan TTM, pacar, apalagi selingkuhan. TR, bukan itu semuanya, tapi Teman Rahasia!!!!

Menurutnya, kadang kita perlu punya Teman Rahasia. Teman yang ga perlu tahu siapa diri kita sepenuhnya, termasuk jejaring di lingkungan sehari-hari. Latar belakang kita benar-benar terjaga secara rahasia alias akses kesana tertutup rapat. Dengan jaminan ini, di satu sisi aman, tetapi di sisi lain kita bisa berperan bebas. Peran apapun dapat kita mainkan di sini.

Nah, soal partner atau calon teman rahasia dapat diseleksi dari awal. Biasanya dari berbagai pertemanan yang terjalin akan ditemukan chemistry. Banyak faktor yang melatarbelakangi di sini, antara lain soal kesamaan visi, gaya berbicara saat menyampaikan pendapat dan latar belakang yang kurang lebih sama. Di sinilah seninya memilih Teman Rahasia.

Sekitar kita memang berlaku aturan dengan balutan kultur yang kuat. Bagi yang sudah berkeluarga maka banyak barrier yang akan menyertainya. Pasangan hidup adalah segala-galanya, namun ternyata tetap ada satu dua celah kebutuhan untuk teman, keluarga atau yang lain untuk mengisinya. Bisa positif dalam arti tidak melukai arti perkawinan, namun bisa juga negatif yang akan berpengaruh terhadap nilai-nilai perkawinan. Pasti semua setuju untuk memilih yang positif.

Nah, seperti teman saya, maka ia memilih teman untuk berbagi. Teman yang BUKAN untuk mencurahkan hasrat. Teman yang mungkin bisa membangun semangat yang sedang pulas. Teman yang mampu membobol tembok saat terbelenggu masalah besar. Teman yang 'mengerti' perasaan kita, namun bukan teman yang ingin mengetahui siapa kita. Teman tadi adalah Teman Rahasia. Bagaimana mendapatkannya? Sepertinya dunia maya adalah dunia dimana para Teman Rahasia hidup dan berada.

Saya jadi bertanya, bisakah Teman Rahasia ada di dunia nyata?




Baca lanjutannya ya...>>>>>
6.5.09

Anak Panti & Hati

Diposting oleh diNa |

Masih dalam hitungan jari kehadiran saya ke panti. Dulu pernah beberapa kali menemani keponakan ulang tahun, bagian panjang perjalanan hidup, yaitu pengenalan anak untuk saling berbagi. Bagi keponakan saya yang masih cetek dalam berpikir, mungkin hanya hari ulang tahunnya yang menyenangkan dan ketemu teman-teman sebaya, titik! Bagi saya tentu menjadi lain, terlebih setelah married. Persoalan panti adalah persoalan hati.

Pernah saya berkunjung ke sebuah panti. Saat itu suasana batin saya memang sedang gundah setelah kembali harus menerima kenyataaan pahit ketidakberhasilan program bayi tabung yang saya ikuti. Saya mencoba mendekat. Saya mencoba membaur. Namun saya merasakan sinar mata para bocah di panti tersebut adalah sebuah gambaran hidup yang gelisah. Saya menangkap aura amarah dan dendam. Bahkan kunjungan ke panti lain auranya hampir sama. Saya menemukan kasus ketidaksiapan orang tua menjadi ibu atau bapak yang baik. Seharusnya bayi dalam kehangatan rahim dan nutrisi, namun ternyata banyak batin calon ibu yang menolaknya, bahkan tidak sedikit yang ingin 'memusnahkan' melaui bahan-bahan kimia.

Saat saya berkunjung ke panti lain saya menemukan bangunan sederhana jika dibandingkan dengan tempat lain yang pernah saya kunjungi. Ketika kaki saya melangkah, suara anak perempuan dengan keluguan menyeruak dalam kesepian. "Ada tamu, ada tamu". Lalu, seorang bapak pengurus panti keluar menyambut saya. Seperti dalam pertempuran, saya pun 'disergap' dalam kamar tamu oleh 'malaikat-malaikat kecil' plus para pengasuh. Bocah cantik berusia 3 tahun tadi lalu menempel dan tanpa rasa takut duduk memecah space diantara saya dan suami. Cerita tentang bocah itu membuat hati saya trenyuh, namun saya tidak melihat sinar duka, amarah atau dendam di matanya. Mungkin kehangatan di panti itu telah mengembalikan keceriaannya, memusnahkan masa lalunya. Sungguh cantik, ceria, friendly dan hangat.

Ceritera bocah di panti rasanya jutaan versi. Ada yang karena ketidaksiapan orang tua untuk menghadirkannya ke bumi atau alasan lainnya yang dianggap mendesak (menurut mereka). Beruntung banyak panti menjadi jujugan untuk berbagi. Saya pun hanya bisa protes dalam hati jika keadaan saya dan suami yang belum punya momongan dipandang 'belum dipercaya' oleh sebagian orang. Trus bagaimana dengan mereka yang dianggap 'dipercaya' tetapi tidak bertanggung jawab dan menterlantarkannya? Bagaimana juga yang hanya bisa berbuat tetapi tidak merawat, bahkan dikaryakan demi ego orang tua untuk urusan ekonomi meminta-minta di jalan-jalan ibu kota?

Selain 'belum dipercaya' adakah kata lain yg lebih pas di telinga?







Baca lanjutannya ya...>>>>>
20.4.09

Hari Kartini Perayaannya Kaum Lelaki

Diposting oleh diNa |

21 April hari apa? Hari Selasa!
Benar, 21 April adalah hari selasa. Namun yang paling penting, tanggal itu merupakan tonggak kebangkitan kaum perempuan. Ya.. Hari Kartini! Putri Indonesia yang mempunyai cita-cita besar bagi bangsa Indonesia. Beliau adalah putri sejati, harum namanya.

Penghargaan di atas adalah buah kerja kerasnya. Buah kepeduliaannya. Juga buah ketulusan untuk memajukan kaum perempuan bangsanya. Bayangkan, tahun segitu sebagai anak bupati bisa saja Kartini menjadi bagian seleb di jamannya. Tapi kenapa Kartini malah justru menjauh dari aroma kebangsawanan? Enak kan pesta-pesta atau memilih gaya hidup kalangan bangsawan yang Londois, glamour dan berdansa-dansi. Nyatanya, Kartini malah memilih aroma jelata.

Perempuan kala itu dinomorduakan. Ini bukan nomor urut partai atau caleg. Ini adalah nomor status, dimana keberadaan perempuan dibelenggu oleh norma. Perempuan adalah konco wingking. Benar-benar martabat perempuan tidak dimuliakan. Perempuan hanyalah pelengkap hidup lelaki. Derajat lelaki meroket bukan karena prestasi semata. Derajat lelaki meroket karena tidak ada lawan sepadan. Laki-laki benar-benar dinomor wahid dan menjadi segala-galanya.

Dobragan Kartini tentu tidaklah mudah. Bak air menetes, itulah yang dilakukan untuk melobangi batu kali yang keras sekali. Ketekunan tetesan air mampu merusak lapisan keras. Kekuatan Kartini semakin menguat saat ia mampu membangun networking. Pak J.H. Abendanon salah satu sahabat Kartini menjadi bagian terpenting dalam networking itu. Londo yang ngenDonesia ini mampu menjadi corong pemikiran Kartini tentang kaum perempuan Indonesia. Lewat kumpulan pemikiran "Habis Gelap Terbitlah Terang", mata laki-laki dan mata dunia menjadi terbuka.

Kini laki-laki juga harus berterima kasih kepada Kartini, bukan hanya kaum perempuan. Bayangkan, kalau perempuan masih dibelenggu, perempuan masih menjadi konco wingking, sementara dunia mengalami gonjang-ganjing resesi ekonomi berkali-kali. Laki-laki (kalau tidak jaim) pasti akan mengatakan "Terima kasih Perempuan, isteriku tersayang, gajimu menyelamatkan cash flow rumah tangga kita dari resesi”. Bahkan ada yang lebih ekstrim, "Kalau tidak ada perempuan yang menjadi isteriku, gulungan tikar sudah menggantikan hamparan karpet di rumah, alias bangkrut!" Mengapa demikian? Karena banyak kalangan lelaki yang sudah mendahului terkena PHK.

Akhirnya sebagai perempuan saya hanya bisa menyesal, mengapa di jaman Kartini belum ada internet? Seandainya saat itu sudah ada teknologi canggih ini, Beliau dapat ngeblog menyampaikan isi kepala dan hatinya melalui dunia maya yang bisa dibaca oleh berjuta-juta kaum perempuan, sehingga perubahan bisa cepat berlangsung. Saya yakin blog beliau pasti akan menjadi jujugan dan panen award karena materinya yang dasyat dan briliant.

Berkat Kartini, kaum perempuan menjadi semaju saat ini. Para suami banyak terbantu oleh para istri, apalagi saat resesi bertubi-tubi. Kartini bukan hanya milik perempuan, namun juga berjasa untuk kamu lelaki.


"Selamat Hari Kartini untuk kaum perempuan juga untuk para lelaki." :)




Gambar : pot-redaksi.blogspot.com


Baca lanjutannya ya...>>>>>
17.4.09

Tiga Sekaligus!

Diposting oleh diNa |



"Terima kasih kepada Rheeaz, orang tua yang selalu mendukung kegiatan saya, suami, keluarga besar, teman-teman, penggemar saya, pers dan orang-orang yang sangat berarti bagi saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.. Tanpa mereka saya bukanlah apa-apa.."

Wadaaaaww..!! bener-bener serasa barusan naik panggung dan menerima award! :) Tengkyu Rheeaz yang udah ngasih awards tiga buah sekaligus dan ga pake PR lagi.. Wuuuiihhh jarang loh yang begini ini :) Pas terima awards ini agak deg deg-an juga, kuatir kalau harus ngerjain PR. Bukan apa-apa, PR-nya sih mudah, tapi jawabannya yang susah.. hehehe..

Award ini akan saya dedikasikan buat Sasa yang blog mungilnya selalu mengundang untuk datang.. datang.. dan datang lagi, Quinie dan Mr Psycho yang kapan hari dengan sukarela bantu 'bersih-bersih' blog saya, mbak Rinda yang asik diajak ngobrol meskipun belum pernah ketemu dan Mama GaYa si teman curhat :)

Moga-moga belum pernah dapat awards serupa ya.. Silakan ambil pakai karung karena tiga-tiganya boleh dibawa pulang. Jangan lupa dipasang di rumah masing-masing dan semoga semakin semangat ngeblog.



Baca lanjutannya ya...>>>>>
5.4.09

Quick Update

Diposting oleh diNa |

  • Dua minggu ini template blog saya berubah lebih segar. Sebagai blogger pemula rasanya seneng banget bisa sukses ganti template (blog saya sempat jadi berantakan gara-gara ganti template). Kebetuan juga saya dapat template yang bagus (setidaknya menurut saya). Moga-moga nantinya saya bisa bikin template sendiri sesuai keinginan (bisa ga ya?? khayal deh kayanya, hehehe..)

  • Gara-gara makan bebek songkem di Sampang Madura jadi ngetop deh.. Waktu itu kebetulan saya dan temen dinas ke Madura. Pas makan siang kami putuskan makan di Bebek Songkem yang kabarnya top markotop. Lagi asik-asiknya makan, ada reporter TV yang mengambil gambar aktivitas makan disitu, dan yang diambil gambarnya adalah saya! Sebenarnya mas reporter juga sempet nawarin wawancara, tapi saya ga mau, maluuuu… Baru-baru ini gambar itu tayang di beberapa TV, rupanya mas repoter itu menjual warta kuliner ini di beberapa stasiun TV. Jadi setiap kali tayang di stasiun TV banyak temen-temen yang SMS, lumayanlah jadi sedikit ngetop, hehehe..

  • Musim F1 tiba. Berarti ini saatnya hubby ga bisa diganggu. Itu berarti juga weekend agak sedikit terganggu. Kenapa ya laki-laki ga bisa dipisahkan dari hobinya?

  • Sup kepala ikan. Asem, pedes dan segaaaarr.. Hmmm.. ini makanan favorit baru. Kebetulan ga jauh dari rumah ada pusat makan baru yang salah satu restonya menyediakan menu sup kepala ikan. Ga tau kenapa rasanya badan jadi lebih segar setiap kali habis makan sup kepala ikan yang ada di resto itu. Selain masakannya, rupanya saya juga jatuh cinta dengan suasananya, nyaman banget buat santai dan melepas kepenatan, apalagi ada wifi-nya.. cucok deh!

  • Team baru, job desc juga ada beberapa yang baru. Semoga jadi semangat baru dan pencapaian baru yang lebih baik. Amin

Kira-kira itu yang bisa diintip dari jendela ini. Jangan intip yang lain ya.. :)


Baca lanjutannya ya...>>>>>
21.3.09

I can forgive but I can't forget!

Diposting oleh diNa |

MAAF.. empat huruf yang sangat mahal harganya, karena banyak orang masih susah untuk mengungkapkannya. Sebenarnya tidak sedikit permasalahan bisa diselesaikan dengan kata maaf. Bila ada kedewasaan yang dipanglimakan, maka kata maaf dapat meluncur mulus bak mengemudi di jalan tol. Permasalahan bisa segera tersolusikan. Hubungan dari nadir pun kembali ke titik normal, menjauhkan dari persengketaan dan perseteruan. Namun untuk permasalahan yang berakar dari harga diri dan rasa malu, kata memaafkan belum tentu dapat meluncur mulus. Butuh waktu, suasana batin dan mungkin keajaiban untuk memaafkan.

Permasalahan biasanya muncul akibat kuatnya intensitas hubungan yang disertai kekurangpahaman terhadap kondisi lawan bicara. Perubahan kondisi tubuh juga dapat mengakibatkan perasaan sensi yang berujung pada terkalahkannya logika. Padahal logika adalah panglima yang berperan sebagai pengontrol emosi. Jika emosi merajalela tanpa kendali, kata maaf belum tentu menjadi solusi. Tidak semua orang mampu menerima pernyataan ini dalam waktu sekejap. Butuh suasana hati yang pas. Moment adalah saat tepat untuk menyampaikannya.

Sebagian orang tidak mau menyampaikan kata maaf atau menerima maaf secara terbuka. Artinya, perilaku yang berubah adalah indikasi kata maaf telah terucap atau sebaliknya kata maaf telah termaafkan.

Bagi yang mempunyai tingkat kedewasaan tinggi dan agamis biasanya pemurah dalam membalas kata maaf. Orang-orang inilah yang mampu meredakan emosi dunia. Kemurahannya mampu menghilangkan tingkat kedalaman suatu kesalahan. Kemurahannya tidak memandang siapa yang melakukan kesalahan. Kemurahannya tidak memandang asal kesalahan, disengaja atau tidak. Baginya maaf adalah wajib jika diminta.

Mungkin saya agak berlebihan, bagi saya jika kata maaf dianggap murah, maka kesalahan akan mudah tercurah. Saya salut untuk kelompok pemaaf tulus, artinya dari hati hingga bibir kata maaf dan memaafkan meluncur dengan tulus dan bersih. Sepertinya saya belum bisa sehebat mereka. Saya masih belajar memaafkan dengan tulus, sinkron antara bibir dan hati. Bisa jadi kata memaafkan meluncur dari bibir, namun belum tentu keluar dari hati.

Saya mencoba berpikir logis, jika semua orang tahu dan paham apa hak dan kewajiban, paham tata krama dalam berkomunikasi dan bersosialisasi, kata maaf tidak akan boros terucap. Saling menjaga sikap dan perilaku itu wajib. Saya ingin terus belajar memberikan maaf dengan tulus namun saya masih sering menemukan permasalahan konyol yang seharusnya tidak perlu terjadi. Untuk hal yang satu ini tampaknya tataran saya baru sampai...I can forgive, but I can't forget!





Gambar : neenoy.blogspot.com

Baca lanjutannya ya...>>>>>
7.3.09

nge-blog VS nge-facebook

Diposting oleh diNa |

Hujan masih rajin mengguyur. Musim demam karena flu atau bahkan demam berdarah masih banyak menyerang. Tapi bukan dua demam itu yang akan saya bahas, ada demam lain yang lebih dasyat yang saat ini sedang menjamur, demam facebook!

Hari gini siapa yang ga punya facebook? Orang bilang ga punya facebook berarti ga gaul. Remaja, dewasa, mama, papa, oom, tante, oma, opa, semua ber-facebook ria. Coba lihat teman-teman kantor kita yang kelihatannya serius di depan komputer. Benarkah sedang sibuk bekerja? Jangan-jangan mereka sedang asyik dengan facebook-nya? Nah lo..

Situs jejaring sosial yang satu ini memang sedang membius banyak orang. Melalui facebook orang bisa membaca aktivitas yang sedang kita lakukan. Konon saling berkomentar terhadap perubahan status inilah yang paling mengasyikan dan bikin kecanduan. Facebook juga memungkinkan kita bertemu teman-teman lama yang mungkin sudah menyebar di berbagai sudut kota bahkan dunia. Entah karena alasan ingin mencari teman lama atau sekedar agar eksistensi diperhitungkan, kita sibuk menambah teman. Tapi coba kita lihat kembali daftar teman kita, benar ga sih kita mengenal semuanya? Atau sebaliknya, jangan-jangan yang masuk dalam daftar kita justru teman-teman yang setiap hari ketemu, bahkan duduk atau lokasinya tidak jauh dari kita. Hmmm..

Saya tidak tahu apakah blog juga termasuk dalam kategori situs jejaring sosial atau tidak. Yang jelas saya juga bisa bertemu teman lama bahkan teman baru yang akhirnya benar-benar jadi teman di situs ini. Entah kenapa saya belum bisa merasakan asyiknya ber-facebook ria. Bikin perubahan status, berkomentar, tag foto dsb.. dsb.. dsb.. Mungkin saya yang ndeso, katro atau ga gaul, tapi sampai saat ini saya kok lebih menikmati nge-blog daripada nge-facebook. Entah..




Gambar : prayudi.wordpress.com

Baca lanjutannya ya...>>>>>
26.2.09

Lawan Resah

Diposting oleh diNa |

Suara bisik-bisik beredar. Banyak pembawa pesan. Makin hari pesan semakin bikin tegang.

Bukan memilih, bukan menolak apalagi mengatur. Namun masih bolehkah kita jujur?

Bukan tidak bisa. Kita pasti mampu dan berdaya. Namun setiap orang mempunyai akselerasi dan tujuan yang berbeda.

Pasrah..
Mungkin ini kata yang paling pas.. Karena tidak ada pilihan kata
lagi selain pasrah..


Baca lanjutannya ya...>>>>>
14.2.09

Kasih ’kok’ Sayang

Diposting oleh diNa |


Sudah berapa kali para Cucuk Lampah mengantarkan pasangan baru menempuh hidup baru. Sudah berapa kali juga musik Kebo Giro mengalun mengiringi mempelai baru melangkah tegap penuh harap menjadi keluarga sakinah mawadah warohmah. Memang, puncak dari semua 'gaya' pacaran adalah perkawinan. Entah 'gaya' pacarannya adem ayem, artinya ada restu di tangan saat mulai saat melirik, pedekate hingga perkawinan. Sebaliknya, jika tak ada restu, gaya back street adalah pilihan, walau sulit dan kadang terlalu pahit

Indah, semua terasa indah saat pacaran. Apapun kata orang, telinga orang kasmaran tertutup suara indah, walau mungkin kenyataannya pahit. Saat kasmaran, mata pun tertutup rapat dan hanya keindahan yang terlihat walau hanya halusinasi. Berjuta rasanya, persetan kata orang dan persetan apa yang dilihat orang. Rindu adalah bius. Dunia hanya milik berdua. Semakin rindu berkadar, semakin kuat mencengkeram.

Bagai sebuah bangunan, konon masa pacaran adalah fondasi. Semua bagian berpadu jadi satu dalam keteraturan. Sebuah komposisi yang harmoni. Jelas ini bukan pekerjaan mudah. Karakter sudah terbentuk, pasangan harus mampu mengkompromikan dua karakter yang berbeda. Tidak heran dalam fase ini banyak kasus gonta-ganti pacar. Wajar ini masa penjajagan. Namun, perbedaan bisa diterjang karena masa indah sedang berlangsung. Banyak juga yang berharap semua perbedaan adalah proses panjang yang bisa terkikis saat perkawinan sudah di-release.

Perkawinan. Inilah pembuktian dari segala komitmen. Mirip caleg aja ya.. :) Disinilah sekat-sekat yang memblokade masa pacaran terbuka, blak! Benar-benar semua terlihat nyata. Semakin tua umur perkawinan, semakin semuanya dapat terkuak nyata. Tidak selamanya negatif. Perkawinan bahkan mampu menyuburkan kebersamaan dan mepupus perbedaan. Sebaliknya, tak sedikit pula bunga-bunga pacaran musnah terganti kenyataan pahit, menjerit sangat menghimpit. Banyak kasus yang menyebabkan bubarnya sebuah lembaga sakral ini.

Bukan bermaksud matre, ekonomi menjadi salah satu alasan dalam krisis perkawinan. Dulu, lagu sepiring berdua menjadi bagian yang indah dan menguatkan masa pacaran. Kekuatan cinta diyakini mampu membendung kekurangan dan perbedaan. 'Kenyataannya' (bukan kesimpulan), dewasa ini banyak kegagalan yang dipicu karena faktor ekonomi, walaupun banyak pasangan yang menampik.

Valentine's Day: Hari Kasih 'kok' Sayang. Ingat, jangan hanya (di) kasih sayang tok! Kasih juga pasangan kita masa depan! Syukur-syukur ditambah alphard, deposito, apartemen, berlian, etc.. etc.. hehehe..





sumber gbr : www.theapplecollection.com

Baca lanjutannya ya...>>>>>
7.2.09

Termehek-mehek.. hiks.. hiks..

Diposting oleh diNa |

Malam Minggu dan Minggu malam, tepatnya jam 18.15, ada salah satu acara TV yang cukup menggelitik. Reality Show yang dipandu Panda dan Mandala itu saat ini cukup banyak menyedot perhatian pemirsa. Banyak yang suka, namun tak sedikit juga yang mencela. Saya tak ingin masuk dalam ajang pro kontra soal orisinilitas atau rekayasa, bagi saya ada sisi lain yang lebih menarik untuk dibahas daripada sekedar beradu argumen tanpa berujung pangkal.

Jika melihat media elektronik operator acara tersebut, saya punya keyakinan bahwa ceritera yang tampil tetap mengacu pada etika jurnalistik. Artinya, kebenaran ceritera pasti tetap dikedepankan. Soal bumbu, saya setuju pasti ada, agar ceritera tersaji lebih seru.

"Bila cinta, memang harus diakhiri…". Jika jingle sudah berkumandang, maka biasanya iklan atau credit tittle akan mengakhiri ceritera sebagai puncak perpisahan. Di sinilah awal kepala mulai toeng.. toeng.. toeng... Bak perpustakaan, kepala saya bertambah lagi koleksi baru ceritera seru.

Selain perjalanan haru biru karena ada seseorang yang harus diburu, dalam rentetan perjalanannya sering muncul ceritera yang bikin sesak di dada. Saya nggak habis pikir, ternyata banyak 'kegilaan' di negeri ini. Bayangkan, banyak norma tak lagi dianggap beraroma. Norma apapun dilibas nafsu bejat yang menjerat. Rasa-rasanya urusan duniawi jadi mendominasi. Saya yakin, ini masih sebagian kecil cerita yang diangkat. Yang muncul pasti cerita-cerita kelas berat. Apalagi kalau bukan alasan seru untuk berburu rating dan iklan. Nah, masih berapa banyak kasus lagi yang masuk ke laci meja redaksi dan tidak dihunting oleh Panda dan Mandala dengan alasan berkategori kelas teri.

Apa yang harus dipakai untuk membendung agar generasi yang hadir di belakang kita dapat hidup bercengkerama dalam proteksi norma. Jujur, sebagai salah satu penganut modern normatif (gak usah dicari harafiahnya, karena ini istilah saya sendiri :) ), acara tersebut bisa menjadi sebuah wacana betapa sudah terkikisnya norma dan sanksi sosial di negeri ini. Apakah ini potret negeri kita saat ini? Yang pasti, kita kudu mesti harus tahu bagaimana mencari solusi dan proteksi. Melihat acara ini membuat perasaan kita bercampur aduk, bak bumbu sayur. Menghibur menjadikan tertawa atau malah jadi sedih yang teramat perih. Apapun, 'Termehek-Mehek', seringkali membuat saya jadi bener-bener termehek-mehek dengan banyak dan variatifnya kasus sosial di negeri ini.

Ada yang bikin termehek-mehek lainnya?



Sumber gbr: http://me-ander.blogspot.com

Baca lanjutannya ya...>>>>>
18.1.09

'Orang Ketiga!'

Diposting oleh diNa |


Semua orang pasti mendambakan keluarga yang harmonis. Bisa dibayangkan suasana pasti bakal jadi kacau balau ketika tiba-tiba saja Anda mendengar ada orang ketiga hadir di tengah-tengah keluarga Anda. Sangat mungkin dasyatnya suasana melebihi situasi di Gaza saat ini. Sebuah kepercayaan yang terus dipupuk demi suasana batin yang nyaman mendadak meledak. Orang bilang bak petir menyambar di siang bolong. Ribuan caci maki nyerocos boros sebagai ungkapan pengkianatan. Ungkapan tadi belum berhenti sebelum sesak di dada habis dimuntahkan.

Banyak alasan kenapa orang ketiga hadir. Salah satu penyebabnya adalah karena rasa sakit hati. Bukan kesadaran pasangan yang datang namun justru dendam dan tudingan yang menyerang. Semakin jauh hubungan, biasanya gengsi semakin menjadi. Puncaknya adalah penyesalan untuk sebuah rekonsiliasi. Naudzubillah Mindzalik, inilah yang selalu saya lontarkan manakala mendengar mengenai orang ketiga.

Saya dan suami adalah pasangan yang telah mengarungi ‘samudera’ kehidupan bersama selama lebih dari 10 tahun. Nihil, sampai saat ini kami belum dikarunia momongan. Saya bekerja, begitu pula suami. Setiap hari, kami selalu menyiapkan kebutuhan kerja masing-masing. Serasa check in di hotel bintang 5, saat bangun pagi di meja makan sudah tersaji dua gelas air putih, jus, teh panas dan sarapan. Setelah minum air putih, saya dan suami secara bergantian sholat, mandi dan makan. Sret-sret-sret, dalam sekejap baju kerja sudah terpakai dengan rapi dan menguap bau harum parfum. Setelah kami berangkat kerja, pintu pagar dan pintu rumah kembali tertutup rapat. Bak tukang sulap seharian banyak kejadian mengejutkan.

Saat pulang, ketika badan letih tertatih, saat baju kerja jadi kumal menggumpal, rumah menyapa dengan harumnya bau lantai berbaur dengan lezatnya bau kuliner. Energi baru membawa ke dunia mimpi untuk recharge esok paginya. Saat keluarga lain mencerca dan memberikan jutaan caci maki akan kehadiran orang ketiga, sebaliknya saya dan suami bahagia di tengah ‘orang ketiga’. Terima kasih yang tulus untuk mbak Parti yang sudah terus menerus mensupport saya dan suami. Meskipun bagai cuaca, suasana hatinya kadang gampang berubah. Sekarang nampak cerah tapi tak jarang pula tiba-tiba banyak ulah. Namun tanpa ‘pihak ketiga’ berat rasanya beban harus kami pikul berdua.

Untuk ‘orang ketiga’ yang telah meringankan beban kita, sebenarnya sebutan atau status apa ya yang paling pantas diberikan untuknya?




sumber gbr : rendrasyah.wordpress.com

Baca lanjutannya ya...>>>>>
1.1.09

Resolusi. Perlukah?

Diposting oleh diNa |

Hari-hari gini adalah musimnya turun hujan deras, bahkan banjir. Bukan hanya banjir air tapi juga ‘banjir’ masa evaluasi dan membuat target hidup.

Saat kaki menapak awal tahun baru, pertanyaan majemuk yang banyak diumbar biasanya seputar resolusi tahun baru. Pada saat blog walkingpun, banyak para blogger yang menulis tentang resolusi ini. Ada yang beresolusi tentang karir, cinta, keuangan, keluarga bahkan tentang kehidupan spiritualitasnya. Tapi benarkah kita harus membuat resolusi setiap tahunnya? Ada sebagian yang memang sengaja membuat dan berupaya keras agar target itu terwujud, tapi tidak sedikit pula yang hanya menggebu-gebu di awal, setelah itu...lupa. Sebagian orang mungkin butuh membuat resolusi, tapi sebagian yang lain resolusi justru membelenggu.

Coba kita tengok ke belakang, target pribadi apa yang sudah tercapai dan apa yang belum. Jangan ngedrop jika ternyata lebih banyak yang tidak tercapai. Tapi coba renungkan kembali keberhasilan-keberhasilan apa saja yang sudah kita raih. Sekecil apapun keberhasilan itu kita harus mensyukuri dan menghargainya. Dengan begitu kita tidak akan merasa bahwa hari-hari kita hanya berlalu begitu saja.

Rasanya tidak ada salahnya kalau setiap detik, menit, jam, hari, minggu atau bulan adalah saat tepat untuk beresolusi. Tidak harus menunggu momen tertentu, seperti tahun baru. Bukannya inti dari resolusi adalah membuat kualitas hidup jadi lebih baik?

Bikin resolusi juga?



Sumber gbr : blogku.blogdetik.com

Baca lanjutannya ya...>>>>>
Subscribe