google-site-verification: google0ff5c5556fbbcbba.html

.:l jendela l:.

Celah Sirkulasi Untuk Berbagi

24.12.11

Akhir Tahun, Awal PR

Diposting oleh diNa |

Ketika tatanan alam masih 'perawan' seperti dulu, semua unsur alam bergerak dalam sebuah keteraturan. Saking teraturnya kakek dan nenek moyang kita mampu membuat rumusan 'jitu' kapan musim kemarau dan hujan akan datang dan pergi, hingga penanggalan nasional pun mampu dimaknai. Salah satu yang saya ingat betul adalah bulan Desember.

Bulan ke 12 sebagai bulan terakhir ini dimaknai sebagai gede-gedenya sumber, di mana bulan ini adalah puncak curah hujan. Dampaknya, semua sumber air melimpah ruah. Ujung-ujungnya banjir mengalir di mana-mana. Bukan hanya itu, gede-gedenya sumber juga bermakna banyak bonus atau insentif yang keluar di akhir tahun. Pundi rekening pun terisi sedikit lebih banyak dari biasanya. Bulan ini juga dimaknai dengan banyaknya orang yang melangsungkan hajatan. Sebagai manusia sosial, disinilah sumber pundi kita sebagian digerus oleh tradisi berbagi. Secara bergantian tradisi berbagi ini merupakan bagian empati dalam lingkaran komuniti.

Desember juga menjadi kesempatan terakhir bagi produsen untuk mencuci stok gudangnya sebelum akhirnya tergilas oleh mode baru. Semua pusat perbelanjaan berkompetisi memberi diskon besar-besaran. Inilah salah satu 'setan' yang sering berhasil mengoyak keimanan berbelanja. Bonus akhir tahun rasanya sulit digenggam jika branded idolanya diguncang diskon hingga 70 %.

Desember benar-benar bulan penuh berkah dan masalah. Berkah karena ada bonus, penuh dengan diskon plus libur panjang. Masalah, karena di akhir tahun kita harus menjalani ritual evaluasi dan resolusi. Dua belas bulan dalam 360 hari ternyata berjalan begitu cepat. Banyak impian di tahun ini ternyata dibiarkan berlalu begitu saja. Inilah yang membuat kepala buntu, terburu-buru ujung-ujungnya menyesal membiarkan waktu cepat berlalu.

Permasalahan ini diperkeruh dengan resolusi tahun depan yang memenuhi isi kepala. Coba hitung berapa impian atau keinginan kita di tahun ini yang belum sempat kita lakukan. Aduuuuuuhhhh..... :( Namun impian tetaplah sebagai impian, jangan pernah ditinggalkan. Jika memungkinkan jadikanlah PR di tahun depan plus ditambah resolusi yang baru. Tetap semangat menggapainya meskipun tertunda. Jiiiaaaahhh...:)

Alangkah puasnya jika setiap tahun dalam kehidupan kita ada tahapan pasti sesuai harapan yang kita inginkan. Bukan keinginan orang lain, tapi keinginan kita. Bukan penilaian mereka, tapi kepuasan diri yang utama.

Desember memang bisa bikin klenger tapi juga bisa membuahkan semangat yang meluber. Semua tergantung bagaimana kita menyikapinya. Selamat menyambut Tahun Baru dengan semangat baru... Impian yang belum sempat kita kerjakan tahun ini jadikan PR di tahun mendatang.






gambar : darisini

Baca lanjutannya ya...>>>>>
17.12.11

Sebelas di Dua Belas

Diposting oleh diNa |



Sebelas... Semestinya PR ini dibuat di bulan sebelas dengan menjawab sebelas pertanyaan. Yaah, PR ini dikirim dari blogger Diah si penyuka warna biru yang selalu seru. Mungkin jawaban kedua belas yang paling tepat adalah permohonan maaf buat Diah karena baru sempat mengerjakan PR di bulan dua belas, namun yang penting masih di tahun dua ribu sebelas :) Nah ini dia jawaban PR-nya...

1. Kapan pertama kali kamu nyasar ke blog ini (blog Diah)?
Nyasar ke blognya Diah tepatnya lupa tapi rasanya sekitar 6 bulan yang lalu setelah sekian lama hiatus.
2
. Apa pendapat kamu tentang ngeblog?
Ngeblog bisa sebagai media untuk mengekspresikan diri, menumpahkan uneg-uneg atau mengulas hal-hal yang menggelitik. Dengan ngeblog rasanya kita punya dunia lain, di luar dunia keseharian kita. Gak ada intervensi dari siapa pun, ga harus jadi siapa pun dan apa pun, hanya jadi diri kita sendiri.
3. Kenapa kamu suka ngeblog?
Selain bisa mengekspresikan diri lewat tulisan, ngeblog juga menambah wawasan melalui blog walking, menambah teman dan bisa menambah uang saku (seperti yang terpampang di sebelah kanan tuuhh..). Syukur-syukur kalo tulisan kita bermanfaat buat orang lain, wuuuuiiihhh seneng banget..!!
4. Postingan apa yang paling kamu senangi dari blog saya ini?
Postingan tentang Sebelas. Karena di Sebelas ini Diah memilih saya sebagai salah satu blogger yang ketiban dapat PR, duuuuhh senengnya dapat apresiasi dari blogger si penyuka warna biru ini.
5. Apa yang ingin kamu raih saat ini?
Hmm.. banyak sebenarnya, tapi paling engga ada 3 hal yang penting. Apa? Aiihh... malu kalo diceritain disini. Nanti dibisikin aja yah... :)
6. Pernah kopdar? Ada cerita lucu dan berkesan saat kopdar?
Sebenarnya pengen banget. Mau kopdar gagal mulu :) Kopdar yuuukk...
7. Kalau boleh milih, kamu lebih suka menikmati alam dimana: gunung atau pantai?
Lebih suka pantai kayanya... soalnya ga harus mendaki, hahaha... Tapi pantai emang lebih sexy, apalagi kalo dinikmati pas sunset ditemani secangkir teh ato kopi plus semilir angin pantai... (silakan dibayangkan).
8. Ikut forum tentang blogger? Forum apa aja?
Yup ikut. Cuma IBN aja. Ada sih BBM group "Emak-emak Blogger", cuma ga membahas spesifik tentang blog, forum silaturahmi dan haha hihi aja..
9. Tahu Kendari? Sudah pernah ke Kendari kah?
Kendari? Yup tahu tapi belum pernah kesana... Diah mau undang blogger main-main kesana? Ditunggu yah... :)
10. Kota mana di Indonesia ini yang paling berkesan buat kamu?
Yogya kali ya... karena dari lahir sampe kuliah di sana sih.. Tapi Yogya menurut saya emang eksotis, unik dan ngangenin, jadi cocok buat liburan. Kalo buat cari uang kayanya Surabaya lebih pas. Kotanya lebih menjanjikan tapi masih bersahabat, kulinernya pun beragam.
11. Apa yang ada di kepala kamu jika melihat bintang?
Bintang berarti harapan. Ada harapan ga hujan, ada harapan bulan muncul menghiasi malam, pun bisa diartikan harapan buat meraih yang diinginkan.

Akhirnya selesai juga... Ada pendapat lain dari jawaban-jawaban saya?







gambar : darisini

Baca lanjutannya ya...>>>>>
20.11.11

Dunia Lain

Diposting oleh diNa |

Mungkin seperti ritme hidup sebagian besar ibu rumah tangga bekerja lainnya, ritme hidup saya pun tak jauh dari tahapan yang harus mereka jalani. Sholat Subuh, lanjut beberes kamar, nyiapin sarapan, nyiapin baju, mandi dan makan. Lanjut menaklukan jalan dari kemacetan, mencari solusi harus lewat jalur mana yang lebih lancar. Sering berhasil, namun tak jarang hasilnya nihil. Semua saya lakukan demi warna biru jam kerja yang harus diburu. Berat, tapi harus. Walau kadang banyak kendala, namun saya ikhlas demi si biru. Ada kepuasan tersendiri saat clock in kurang dari jam 08:00.

Satu persatu tantangan kerja coba saya jinakan. Kadang harus keluar kota, pun tak jarang harus lembur. Bagi saya menjinakan tantangan adalah suatu kenikmatan. Puas bisa totalitas. Berpikir sederhana bahwa kerja adalah amanah dan tanggung jawab. Bila melihat ke bawah, rasanya tak habis rasa syukur yang harus dipanjatkan. Alhamdulillah…

Kadang saat "jendela" terbuka, saya mencoba melongok ke kanan dan ke kiri melihat "dunia lain". Nafsu membara mendengar si A teman SMA mempunyai "mainan" baru di bidang kuliner. Si B teman kerja mempunyai showroom mobil bekas. Si C mengelola kost-kostan di sela waktunya sebagai karyawati. Si D seorang arsitek mempunyai homestay. Si E mempunyai bisnis sampingan buka butik batik. Dan si abjad lain pun mempunyai "mainan" yang beda pula.
Telisik demi telisik, konon bukan uang semata yang dikejar, karena secara kasat mata kalkulasi gaji bulanannya rasanya sudah jauh dari cukup. Belum lagi jika digabung dengan pendapatan dari pasangannya. Aktualisasi diri sesuai yang diingini menduduki prosentase terbesar mengapa mereka menjajaki dunia ini. Selain itu konon juga bisa sebagai penambah nutrisi energi tatkala menjalani profesi inti sebagai seorang karyawan atau karyawati.

Senang rasanya mendengar cerita teman-teman mengenai "dunia lain"-nya. Saya melihat kepuasan dan gairah yang luar biasa dari binaran cahaya matanya. Otak dipacu memikirkan dunia bermacam warna tak hanya satu warna. Menambah semangat dan gairah kerja. Ingin rasanya menjadi member mereka. Mendua. Melihat warna warni dunia. Namun mampukah saya mendua dalam fokus kerja?





Pic : dreamofstars.com




Baca lanjutannya ya...>>>>>
30.10.11

Ngopi : Ritual Seksi

Diposting oleh diNa |

Afternoon tea bagi kalangan atas merupakan salah satu ritual perjamuan agung. Artinya pasti tamu agung yang dijamu, entah itu atasan, mitra bisnis atau orang-orang yang dihormati. Afternoon tea biasanya dilakukan sekitar jam 15:00 – 17:00. Untuk kalangan bawah pasti merasa geli, mau minum teh saja harus nunggu sore hari.

Namun dibalik kemegahan teh yang telah mengisi celah mewah kelas atas seperti afternoon tea ternyata masih kalah populer dengan si hitam. Kopi telah mampu menembus batas kelas sosial. Apapun jenis kopinya, ngopi berhasil meraup fans secara fantastis. Ini dibuktikan gaya kongkow kopi dari sopir angkot, mahasiswa hingga kalangan jetset. Dari mulai kopi bubuk campur jagung, kopi Italiano style, kopi vietnam yang setiap tetesnya bikin gemes, hingga kopi luwak yang bikin kantong bengkak. Saya tidak akan berbicara soal rasa, karena saya bukan perasa kopi sejati, tapi saya sangat senang mendengar celoteh soal kopi.

Konon bubuk hitam ini mampu menenggelamkan persoalan hidup. Kopi juga bukan lagi pasangan hidup perokok sejati. Kopi mampu melakukan terobosan MLM (Multi Level Marketing), hebat..!! Komunitas ini terus bertambah jumlahnya. Contoh gampang adalah orang terdekat saya, suami. Ia bukanlah seorang perokok, walau kadang-kadang sekedar membantu rokok teman. Namun soal kopi nampaknya ia mulai kecanduan. Rasanya tiada hari tanpa ngopi, walaupun masih mampu membatasi jumlah cangkir dan kopi ringan yang dikonsumsinya. Bahkan ia adalah 'setan' bagi saya. Berkali-kali saya yang awalnya tidak suka kopi terus dijejali dan diprovokasi. Kini, saya bagian incip-er, setiap suami ngopi.

Berawal dari incip-er akhirnya saya mulai sedikit kerasukan. Roh kopi perlahan mampu merasuki jiwa saya. Tempat-tempat ngopi mulai saya kunjungi. Bukan mutlak mencari kopi, namun saya tertarik perilaku gaya hidup para penikmatnya. Gadget adalah bagian benda yang tidak pernah mereka tinggalkan. Sambil menyeruput kopi sebagian dari mereka ada yang serius membuka email atau membuat konsep namun ada pula yang sekedar membuka FB atau twitter lewat Ipad atau laptopnya. BlackBerry juga bagian terpenting dari ngopi, sambil ngobrol dan berkelakar, tangan-tangan terampil terus menekan keypad. Order kopi satu gelas, nongkrongnya ber-jam-jam :) Warung kopi dekat kantor yang setiap pagi saya lewati juga tak luput dari pengamatan saya. Sebelum jam kantor, di warung tersebut selalu ada sekelompok karyawan muda yang asyik ngobrol sambil nyeruput kopi, sebagian sambil merokok dan sebagian lagi sambil baca koran. Entah kenapa saya selalu tertarik melihat aktivitas mereka setiap kali lewat disitu. Kadang saya berpikir, topik apa ya yang sedang mereka obrolkan? :) Melihat nyamannya suasana rasanya ikut merasakan ayem, adem dan seneng.

Senikmat rasanya, saya juga mendapatkan kenikmatan tambahan melihat tingkah polah penggemar kopi. Ngopi, nampaknya telah mampu membunuh preasure pekerjaan atau problem hidup yang memenuhi relung kalbu. Ngopi juga mampu menyatukan pertemanan dalam kelakar dan canda di dalam satu meja entah itu cafe atau warung. Makanya ga heran kalau coffee shop di kota besar semakin menjamur, termasuk gerai kopi baru milik teman saya zizy :)


Ngopi memang seksi...




Pic : www.x-cafe.com



Baca lanjutannya ya...>>>>>
25.9.11

Karir Mulia

Diposting oleh diNa |

Kumpul-kumpul selalu menjadi acara yang seru. Apalagi kumpul dengan teman lama. Bak mesin waktu, kepala kita rasanya di-reset ke masa silam. Banyak ceritera haru biru, seru bahkan kadang berbumbu agak saru. Walaupun umur bertambah, tampilan pun banyak berubah, namun tetap tak mampu menahan untuk tetap menjadi diri sendiri apa adanya. Masih seperti dulu. Tanpa tedheng aling-aling, guyonan seronok kerap meluncur bak air mengucur.

Kumpul-kumpul teman lama biasanya diawali dengan pertanyaan standar layaknya kuesioner : "Sekarang kerja dimana?" "Anakmu berapa?" "Suami/istri kerja di bidang apa?" Salut dan senang mendengar banyak teman "jadi orang" alias berpangkat, berprestasi tinggi atau sukses di bidangnya. Hebat...!!

Setiap kali mendengar teman-teman yang berprestasi, pikiran saya otomatis selalu kembali ke masa lalu... "Hmmm pantas saja dia sekarang berpangkat, emang dari dulu rajin, nilainya selalu bagus.." atau "Wah hebat, hobinya justru sekarang jadi ladang uangnya" atau bahkan "Waaaahhh... nilainya dulu selalu di bawahku, kok sekarang hebat banget yaa" Hehehe.. bukan iri tapi mengagumi. Begitu kira-kira yang berkecamuk di kepala saya.

Bukan hanya mencabik-cabik isi kepala saya, kadang juga menjadi bahan pembahasan bersama teman-teman. Apalagi kalau ada teman yang sekarang menjadi terkenal di bidangnya, bak selebriti wajahnya keluar masuk media termasuk TV. Bangga dan kagum menjadi satu.

Namun saya terhenyak saat ada beberapa teman yang dengan pede-nya menyebutkan bahwa profesinya sekarang menjadi Ibu Rumah Tangga! Ada pancaran bahagia dan bangga saat mengungkapkan profesinya saat ini. Pikiran saya kembali menerawang ke masa silam... Sangat ingat betul bagaimana prestasinya dulu, bagaimana cerdasnya mengurai soal-soal ujian, ada yang dapat beasiswa, bahkan tak sedikit yang sebelumnya adalah seorang karyawan yang berprestasi dan menjanjikan. Yang jelas, tidak biasa-biasa saja...

Berbeda saat menyikapi teman-teman yang berprestasi di bidang kerjanya masing-masing, untuk golongan yang terakhir saya benar-benar salut, gak habis pikir, terus berdecak kagum dan geleng-geleng kepala seolah tak percaya. Benar-benar dua jempol buat mereka. Bagaimana tidak, mereka mampu menyingkirkan egonya, meninggalkan ruang pengakuan diri demi keluarga. Saya yakin sangat tidak mudah meninggalkan prestasi yang sudah direnda saat bekerja, meninggalkan teman-teman kerja yang seru meskipun deadline dan target terus memburu. Yang tak kalah penting, meninggalkan pundi uang pribadi yang selama ini dengan mudah dicari.

Menurut saya profesi inilah yang disebut karir mulia yang sesungguhnya. Dengan suka rela mereka meninggalkan gemerlapnya prestasi dan gelak tawa dunia kerja demi keluarga. Benar-benar saya angkat topi untuk pilihan ini, karena saya belum tentu bisa melakoninya.
Salut...!!!




Pic : www.clker.com



Baca lanjutannya ya...>>>>>
28.8.11

Opor Ayam Ibu

Diposting oleh diNa |

Saya sangat mengagumi 'fitur' Allah Swt yang bernama Puasa Ramadhan. Selama sebelas bulan seluruh jiwa dan raga 'diperas' untuk memuaskan hasrat hidup. Istilahnya, kadang kaki harus di kepala, kepala kudu di kaki. Itulah tantangan hidup yang harus dihadapi seperti halnya bermain sirkus. Belum lagi, kita tak tahu persis kondisi metabolisme dalam tubuh kita saat ini. Tak jarang juga pakem hidup sehat diterjang. Kualitas makanan dan kualitas istirahat menjadi terabaikan.

Alhamdulillah ada fitur Puasa Ramadhan. Selama satu bulan penuh semua organ tubuh mendapat jatah keringanan kerja. Masing-masing organ dapat terus berfungsi tanpa harus ngoyo (kerja keras). Waktu beribadahpun serasa sayang untuk ditinggalkan. Puasa Ramadhan juga memberikan tantangan seru. Menjelang pagi kita harus bangun menyiapkan masakan untuk Sahur. Seminggu pertama tidaklah terasa, minggu selanjutnya fisik terasa terusik. Tekanan pekerjaan berpacu dengan kantuk yang terus menyerbu. Apapun, tantangan ini sungguh sangat seru. Niat adalah proteksi kuat untuk selalu bersemangat.

Fitur Allah SWT selanjutnya adalah Hari Kemenangan. Perasaan lega jika kita merasa telah memenuhi kuajiban dari Yang Kuasa. Walau belum sempurna, yang penting ikhlas menjalani dan selalu berusaha memperbaiki diri, selanjutnya kita pasarahkan pada Yang Maha Tinggi. Saat Lebaran tiba, inilah saat yang paling dinanti dan diminati.

Prosesi menikmati Hari Kemenangan kurang afdol jika tanpa dilalui dengan ritual mudik, meskipun kadang tidak bisa masuk di akal. Apapaun latar belakang ekonomi, sosial, budaya bahkan agama, mudik adalah sebuah keharusan. Logika benar-benar telah dikalahkan secara telak oleh 'emosi'.

Persiapan mudik pun cukup menguras energi. Kali ini saya membawa oleh-oleh batik Madura hasil hunting langsung dari Pulau Garam. Oleh-oleh buat keluarga untuk mempererat tali persaudaraan. Mudik juga mengharuskan pantat kami harus menempel di jok mobil durasi 7 hingga 9 jam, sangat tergantung situasi dan kondisi di jalan. Belum lagi emosi ikut terbakar manakala ada pengemudi yang tidak bertatakrama.

Lelah pun sirna saat memasuki rumah ibu. Seketika ingatan terulang pada masa-masa kecil hingga remaja. Terlebih jika mendengar suara keponakan berantem berebut gadget. Menjelang sholat Ied, kami harus memetakan jumlah keluarga dengan seat mobil. Ada tradisi dari keluarga saya untuk selalu sholat Ied di alun-alun Kraton Yogya. Lautan manusia dengan keyakinan yang sama memberi spirit tersendiri.

Sepulang Sholat Ied suasana yang paling saya tunggu-tunggu adalah ritual makan bersama Ketupat Opor Ayam buatan ibu. Rasanya gak ada yang bisa mengalahkan enaknya Opor Ayam buatan ibu, bahkan chef master sekalipun :) Kenikmatannya sebenarnya bukan hanya pada masakannya., tetapi juga bagaimana cara kami menikmatinya. Kami makan bersama sambil saling bercerita dan bercanda. Ruang makan favorit kami justru yang di dekat dapur, jauh dari suasana formal dan penuh aturan. Opor ayam ibu benar-benar telah menyatukan kami. Opor ayam ibu telah menjadi ajang semakin mempererat persaudaraan kami. Opor ayam menjadikan kami kembali ke masa kecil yang penuh kebahagian, sebelum akhirnya kami 'tercerai-berai' karena pernikahan. Sungguh terlalu mewah dan indah suasana ini. Suasana yang setiap tahun selalu saya rindukan.

Baca lanjutannya ya...>>>>>
1.8.11

Disorientasi Ruang

Diposting oleh diNa |


Suami saya termasuk orang yang beruntung. Dia sudah mengunjungi 7 sirkuit F1 atas sponsor dari media atau travel agent. Bahkan ada beberapa sirkuit yang dikunjungi lebih dari 1X. Setiap kali dia berangkat, selalu ada pertanyaan kenapa saya ga ikut. Saya selalu jawab sekenanya, ga hobi balapan, ga punya uang atau karena saya ga bisa cuti. Saya pikir jawaban tadi sudah mengunci pertanyaan berikutnya, ternyata tidak! Lahirlah pertanyaan baru, "kalau ga suka lihat balapan ga usah ikut ke sirkuit, jalan-jalan saja putar-putar kota." Berkali-kali mendapat pertanyaan seperti itu rasanya saya ingin mengungkapkan inti permasalahan yang sebenarnya.

Sebenarnya saya adalah penganut paham disorientasi ruang, hahaha... Saya termasuk diantara 90% wanita yang kurang mampu membaca ruang sebaik pria. Jangan tanya saya mengenai arah mata angin atau arah jalan ke suatu tempat tertentu. Rasanya saya ga pernah punya feeling soal arah. Bingung saat harus menentukan utara, selatan, barat, timur kecuali kanan dan kiri. Otak saya benar-benar jauh dari google earth! Saat keluar dari lift, terlebih saat kepala penuh beban pekerjaan, itulah saat kekonyolan saya. Pada saat lift berhenti di lantai tujuan, disitulah pikiran berkecamuk keras, mau ke kiri atau ke kanan? Jawabannya hampir sama, saya selalu memilih arah yang salah! Kaki terhenti ketika lorong berbatas tembok. Hanya balik arah untuk kembali melangkah ke arah yang benar :)

Kebiasaan saya kerap menjadi lelucon keluarga atau teman. Mereka sangat paham kebiasaan saya. Rasanya serba salah, bertanya menjadi bahan olok-olok, tidak bertanya selalu salah arah. Yang paling mengkuatirkan saat saya harus bersama atasan saya atau mitra. Karena kurang mampu membaca ruang, saya kuatir mendapat cap tidak menguasai medan. Sungguh memalukan...

Pengalaman seru terjadi saat Umroh. Sebenarnya hotel tempat saya menginap sangat dekat dengan Masjid Nabawi, hanya berbatas dua jalan. Keluar hotel, jalan lurus sudah memasuki gerbang utama. Suatu saat sehabis saya menjalankan sholat shubuh di masjid Nabawi bersama ibu tanpa kompas hidup (suami), tiba-tiba jalan pulang ke hotel berubah menjadi city tour hanya gara-gara pintu keluar yang saya lalui berbeda dengan pintu masuk. Beribu langkah saya tempuh belum juga menemukan hotel tempat menginap. Saya mencoba malu bertanya untuk mengasah logika dan ingatan. Saya akhirnya pasrah ketika melihat wajah ibu terlihat kelelahan. Ampuuuunnn....

Namun suatu saat saya ngakak mengaca kebiasaan saya soal disorientasi ruang. Biasanya teman, saudara dan suami yang tertawa, kini giliran saya yang ngakak saat membaca sebuah buku. Pertama kali saya membaca buku ini kira-kira 2 tahun yang lalu, tapi saya tak pernah bosan mengulanginya, dan tetap saja tertawa seolah-olah sedang bercermin. Buku karya Allan + Barbara Pease berjudul "Why Men Don’t Listen & Women Can’t Read Maps" benar-benar menguliti saya terutama mengenai terbatasnya kemampuan perempuan dalam membaca ruang. Di dalam buku itu disebutkan jangan pernah memaksa seorang perempuan membaca peta atau petunjuk jalan. Jangan pernah memberi petunjuk arah pada seorang perempuan dengan cara memberitahu petunjuk arah mata angin, namun berikan patokan arah dengan menggunakan patokan gedung. Seolah buku itu menguatkan kebiasaan saya selama ini. Gue banget...!! :)

Dalam buku itu disebutkan bahwa perempuan dan laki-laki memang berbeda. Bukan karena ada yang lebih baik atau lebih buruk tapi hanya berbeda meskipun mereka mempunyai ketrampilan, kemampuan dan potensi yang sama. Disebutkan pula bahwa dengan memahami satu sama lain diharapkan dapat untuk membangun kekuatan secara bersama dan bukan sibuk membicarakan kelemahan masing-masing.

Hmmm... lega rasanya. Ternyata saya masih normal. Uniknya, meskipun saya termasuk penganut disorientasi ruang, namun saya tidak pernah berusaha menguranginya. Biarlah ini menjadi "kelebihan" saya. Tiada manusia yang sempurna (excuse.com).

Baca lanjutannya ya...>>>>>
24.6.11

Pasti Bisaaa...!!

Diposting oleh diNa |

Sebagai karyawan, beberapa kali saya diikutkan dalam seminar atau pelatihan. Ada yang bertujuan menambah pengetahuan, namun ada pula yang bertujuan untuk mengobarkan semangat dan kualitas kerja. Bagi perusahaan jelas penting, kinerja yang baik berkorelasi terhadap peningkatan produktivitas. Untuk karyawan memang perlu, karena 'baterai' semangat sesekali perlu di-recharge agar tetap berkobar dan menyala.

Motivator selalu tampil cerdas dalam mengemas kalimat dan filosofi. Apapun jenis motivatornya, baik yang berbasis dunia kerja profesional maupun yang berbumbu agama. Ujung-ujungnya peserta manggut-manggut tanda kagum atau bangga karena pernah melakukannya. Namun tak jarang tersadar karena mengendornya semangat kerja. Ujung-ujungnya, saat menerima sertifikat akan dibarengi janji untuk bersemangat kembali.

Ternyata, urusan memotivasi diri tidak harus mengikuti seminar atau pelatihan. Tidak harus berada di hotel mewah, makan lezat saat coffee break dan berada di ruangan yang sejuk ber-AC. Juga, tidak harus mendengarkan wejangan dari orang yang 'berpangkat' atau yang mempunyai gelar seabrek.



Saya mempunyai motivator langganan di rumah. Seorang bocah laki-laki yang kini berusia 7 tahun, namanya Taranggana. Kebetulan, saya dan suami belum mempunyai momongan, bocah inilah salah satu dari sekian keponakan yang paling mengisi kavling hati kami.

Dari kecil saya sudah sangat dekat dengannya. Ia pernah rajin hadir tidur di antara kami berdua setiap malam minggu. Sebelum tidur, ritualnya adalah 'ndalang' memainkan replika motor Valentino Rossi atau Casey Stonner. Jika bosan, kadang ia mengambil beberapa boneka hewan dan memainkannya sesuai perannya masing-masing. Sambil menemani, kami membaca majalah atau melayang di dunia maya. Telinga terus memantau celoteh cedalnya. Kami merasa wajib mendengarkan dan sesekali bertanya untuk menjaga kelangsungan ceritera dan berbagi perhatian. Saat kantuk menyerang, ia bergegas turun dari tempat tidur dan meletakan mainannya di meja secara rapi. Saya bangga dengan disiplin tinggi didikan kedua kakak saya meskipun kala itu usianya baru sekitar 4 tahunan.

Jangan kaget, penawaran makanan akan ditolak mentah-mentah kala ia sudah melalui salah satu ritual menjelang tidur yang bernama 'rawat'. Prosesi ini adalah membersihkan seluruh badannya dengan washlap, menggosok gigi dan memakai piyama. Merasa sudah bersih, maka ia akan menolak semua makanan yang ditawarkan kepadanya. Lagi-lagi, sebuah disiplin natural yang dikedepankan.



Sedikitnya teman seusia di lingkungan rumahnya menjadikan ia mau tidak mau harus 'naik kelas' di atasnya. Maksudnya, bergaul dengan teman-teman kakaknya yang terpaut 4 tahunan. Untuk mengimbangi mobilitas, ia harus belajar naik sepeda. Saat itu usianya sekitar 5 tahun. Ketika mendengar anak sekecil itu belajar naik sepeda saya menjadi was-was, bagaimana kalau terjatuh? Jaman saya dulu masih banyak jalan kampung dari tanah, kalaupun sampai terjatuh tidak akan separah jalan aspal. Untuk mengantisipasi itu akhirnya saya membelikan helm. Persyaratan wajib dari saya adalah boleh naik sepeda asal ber-helm, agar isi otaknya yang cerdas terlindungi.

Suatu saat sepulang kerja saya mampir ke rumahnya. Ingin tahu hari-hari pertamanya belajar naik sepeda. Ketika memasuki halaman rumahnya tak henti saya memandang sebuah sepeda butut warisan kakaknya. Sementara sepeda tadi bersanding gagah dekat sepeda baru milik kakaknya. Saat akan melangkah masuk ke rumah, sebuah 'magnet' menarik mata saya untuk menikmati dua buah helm pemberian saya untuk dia dan kakaknya. Sungguh saya sangat trenyuh sekaligus bangga, sungguh di luar dugaan. Salah satu helm ditulisi menggunakan spidol biru. Tulisan yang sangat indah untuk anak usia TK : "Pasti Bisa".

Konfirmasi menyebutkan tidak ada intervensi dari kedua orang tuanya. Dua buah kata yang bermakna sangat dalam. Saya sempat mendiskusikan dengan suami. Kata Pasti, adalah sebuah keyakinan akan kemampuan. Mengandung semangat yang luar biasa besar dan perjuangan tanpa menyerah. Beda dengan kata harus, karena bermakna sebuah usaha. Saya sempat geleng-geleng, anak seusia dia otaknya mampu memilih kalimat dasyat "Pasti Bisa".

Dua kata dasyat ini benar-benar dibuktikan. Dulu, kakaknya butuh satu bulan untuk menggerakan kereta angin ini pada saat usinya 7 tahun. Kini, Rangga telah memecahkan rekor kakaknya, cukup satu minggu untuk menguasai alat transportasi ini pada usia 5 tahun. Ia terus mengobarkan "Pasti Bisa" untuk kemauan kerasnya yang lain yaitu masuk ke tim drum band sekolah TK-nya. Setelah SD, kini ia mengobarkan keinginanya untuk masuk tim Sekolah Sepak Bola (SSB) mewujudkan mimpinya sebagai pesepakbola nasional. Bermodalkan semangat yang membara pula karena keinginannya jalan-jalan ke Jakarta, saat ini Rangga tengah menikmati liburannya di rumah sepupunya seorang diri tanpa kawalan orang tuanya. Melihat semangatnya yang selalu berkobar, energi saya pun selalu terbakar saat bersamanya.

Rangga, Pasti Bisa... !!



Baca lanjutannya ya...>>>>>
10.6.11

No Parti No Cry

Diposting oleh diNa |

Lebih dari sewindu mbak Parti bersama keluarga kami. Waktu yang cukup lama untuk sebuah ukuran loyalitas. Apalagi sekarang cari partner untuk mengurus rumah tidaklah mudah. Salah pilih bisa-bisa kita yang 'disembelih'. Banyak kasus, sehari dua hari bekerja rumah dikuras. Pergi tanpa bekas dengan memalsu identitas. Lemaaaass...!!

Bersama mbak Parti detail kebutuhan dapur dan sekitarnya selalu terpenuhi. Tak jarang mbak Parti mampu menterjemahkan instruksi sekecil apapun menjadi layanan yang cukup berkualitas. Bahkan kadang kreativitas lahir tanpa adanya instruksi yang bergulir.

Makan pagi tersaji setiap hari tanpa harus berkejaran dengan waktu. Mandi, sarapan, hingga baju sudah rapi kena timpahan seterika. Rumah pun sudah rapi tersapu dari debu.

Sret.. sreeettt...., pintu pagar dibuka siap-siap meluncur. Saat itu pikiran hanya tertuju pada pekerjaan yang sudah siap memburu. Nggak pernah terpikir apakah kompor sudah dimatikan, colokan seterika sudah dicabut, bahkan tanpa harus paranoid soal gas menguap.

Saat pulang kerja, di meja makan telah mengepul sayur panas dan bau lauk yang menggaruk selera. Gelas penuh air putih dan jus buah segar berdiri di meja makan dengan tegar. Perutpun siap menampung. Ketika hasil karya mbak Parti memenuhi isi perut, badan pun kembali segar tak lagi mengkerut.

Sambil klesetan, acara TV menjadi suplemen makan malam yang cukup menghibur. Setelah perut tak terasa penat, kamar mandi menjadi ritual terakhir sebelum merebahkan tubuh hingga subuh.

Pagi pun menyapa, mbak Parti pun telah kembali siap siaga...

Sayang kebersamaan itu harus berakhir. Berat, baik secara hubungan kemanusiaan maupun kerja. Sarat, hingga memerlukan proses waktu yang panjang untuk evaluasi yang cukup mengencangkan urat syaraf . Entah kenapa dua tahun ini mbak Parti seringkali emosi tanpa kendali walaupun dalam simbol-simbol yang belum tentu orang lain mengerti. Kesamaan budaya membuat saya paham dan lebih mengerti. Telah berkali-kali pula saya evaluasi secara hati-hati agar lebih mengerti dan peduli. Namun rupanya proses evaluasi dua tahun tetap tidak meyurutkan moody mbak Parti yang menurut kami malah semakin menjadi. Akhirnya dengan berat hati kebersamaan ini harus kami sudahi. Etika, unggah-ungguh, tata krama menjadi materi utama alasan kami.

Kini, saya dan suami harus bangun lebih pagi. Setelah sholat, kami jadi terbiasa dengan check list nasi, Done! Lauk, Done! Setrika, Done! Bersihin kamar, Done!, Cuci Piring, Done!

Berat, tapi sudah tidak ada lagi pemandangan wajah ditekuk terkesan hati kurang terketuk. Tidak ada lagi rasa dongkol yang harus dibawa sampai kantor. Sekali lagi, berat tapi hati lebih tenang. Biar berat dan capek, No Parti No cry...!!

Anyway, tetap terima kasih yang tak terhingga untuk mbak Parti...






sumber gbr : greyskiestb.blogspot.com

Baca lanjutannya ya...>>>>>
1.5.11

Silam Salam

Diposting oleh diNa |

Saya percaya persahabatan itu mulia, bisa tercipta dimana saja. Kuncinya hanya sebuah ketulusan dan keikhlasan. Tidak hanya di dunia nyata, pun di dunia maya. Kadang halangan ceritera hidup dan latar belakang kehidupan sebelumnya bukanlah masalah penting. Kesan pertama menjadi kunci utama. Selanjutnya dengan konsistensi rasa saling menghormati cukup untuk dijadikan modal persahabatan.

Di blog, saya seperti mendapatkan kehidupan baru. Teman-teman silih berganti menyapa. Memberi apresiasi adalah salah satu bentuk penghormatan. Di sisi lain, ada adrenalin untuk bisa menyuguhkan materi lebih bagus dan lebih bagus lagi. Proses inilah yang sebenarnya bermanfaat untuk tubuh. Pikiran dipacu untuk terus berkreasi. Melalui pikiran tadi rasanya seluruh organ tubuh dipandu seperti orkestra untuk berkontribusi. Inilah proses hidup yang bikin hidup lebih hidup. Rasa bosan oleh ritual hidup sebagai karyawan dan ibu rumah tangga dapat sejenak terelakan. Blog adalah salah satu nutrisi kehidupan melawan rutinitas.

Persahabatan di blog kuncinya adalah silaturahim. Ada "kuajiban" kita untuk beranjangsana. Persis agama kita, mengajari untuk berbagi dan empati. Inilah bagian seru dari blog. Semakin rajin beranjangsana, semakin kokoh dan luas persahabatan kita. Semakin rajin blog walking semakin luas wawasan yang mengisi kapasitas otak kita.

SILAM itulah saya. Terpaksa saya lakukan karena saya telah gagal. Kalah oleh tekanan rutinitas hidup. Semestinya saya harus bisa melawan. Seharusnya saya punya senjata ampuh untuk "membunuh"-nya. Rutinitas telah menguasai hidup saya. Fitur-fitur aktualisasi untuk "rekreasi" seperti hal-nya di blog benar-benar mati suri. Butuh kekuatan besar untuk melawan. Kini saya memasuki taraf perlawanan. Ingin menyapa kembali. Ingin merajut kembali persahabatan itu. Rasanya tak sabar ingin berbagi cerita dengan sahabat semua. Apa kabar teman? Saya hadir kembali...







sumber gbr : ayaka95-ceritahati.blogspot.com

Baca lanjutannya ya...>>>>>
Subscribe