google-site-verification: google0ff5c5556fbbcbba.html

.:l jendela l:.

Celah Sirkulasi Untuk Berbagi

18.11.12

Reuni : Terapi Jiwa

Diposting oleh diNa |

Kok judulnya hampir sama dengan tema proyek antologi Catatan Emak Blogger ya? Yup! Saya memang mengambil dua penggal kata menjadi judul tulisan saya saat ini. Judul itu rasanya pas banget mewakili hati dan jiwa saya saat kondisi itu terjadi, Boleh kan? :) Yang jelas tulisan ini bukan materi yang dikirim untuk “melamar” proyek antologi Catatan Emak Blogger :)

Undangan reuni akhir-akhir ini lagi rajin menyambangi gadget saya. Entah dari group BBM, broadcast BBM atau dari group FB. Bisa ditebak, musim temu kangen biasanya dibuat bertepatan dengan Harbenas alias Hari Besar Nasional atau Harpitnas, Hari Kecepit Nasional. Pemilihan dua hari spesial ini terkait dengan budaya mudik yang biasanya terjadi. Namun tidak serta merta hari libur idol ini menjadi jaminan sukses suatu acara. Tidak semua orang hobi reuni dengan beribu satu alasan kuat yang menaungi. Disinilah ilmu marketing mulai bicara.

Multi level adalah strategi jitu merayu. Biasanya panitia menggosok "tokoh" dalam satu gank atau group. Tujuannya agar para anggota "tokoh" tersebut mau ikut serta meramaikan acara alias datang ke reuni. Para "kompor" ini menjadi lahan jalan panitia untuk kedatangan hingga pendanaan. Biasanya sih munjarab.Teman yang awalnya ragu menjadi mengebu.Yang tadinya menyumbang minimal menjadi berlipat amal.

BBM group juga salah satu cara ampuh mempersatukan hati para anggotanya. Hanya gara-gara saling komentar di group, yang dulu ga kenal sekarang menjadi teman. Yang dulu ga akrab sekarang menjadi dekat. Tak jarang anggota BBM group bikin pertemuan insidental. Entah sekedar ngopi, makan siang atau jalan-jalan. Ide reuni dalam skala besar biasanya muncul dari pertemuan-pertemuan insidental tersebut.

Baru-baru ini saya datang ke acara reuni teman-teman kantor lama. Kedatangan saya juga buah kerja keras salah satu "kompor" reuni. Sebenarnya semula saya berniat datang, namun karena minggu itu kerjaan lumayan padat, saya berniat istirahat. Remek, kata orang Surabaya.

Alasan saya diperkuat dengan kabar yang beredar bahwa mayoritas yang datang adalah kaum senior. Kebetulan saya termasuk kelompok junior di perusahaan tersebut. Rentang masa kerja dan usia membuat saya jengah dan sungkan bertemu dengan para senior. Formalitas adalah musuh bebuyutan di luar koridor kantor.

Untuk menghindari basa basi seorang diri, akhirnya teman saya mengajak berkumpul di meeting point sebelum ke lokasi acara. Solusi seru menurut saya. Ketika rombongan sudah komplit, saya dan teman-teman pun menuju ke TKP.

Di luar dugaan, saya mendapatkan suasana haru biru hingga suasana seru. Mantan kantor saya adalah salah satu korban kegananasan krismon. Wajar kalau reuni kali ini sangat berbau emosional. Persahabatan dan persaudaraan bertahun-tahun bubar jalan begitu saja akibat likuidasi yang terjadi. Meskipun saya resign sebelum palu likuidasi diketuk, tapi hati saya tetap menjerit saat menerima kabar bahwa mantan kantor saya hanya tinggal sebuah nama. Sedih.

Banyak perubahan yang saya temukan. Yang pasti semua bertambah usia, meskipun tidak semua tampak tua. Beberapa senior ada yang telah meninggalkan dunia fana atau sedang terbaring lara. Namun ada pula yang dulu sering sakit, sekarang malah terlihat sehat ceria tanpa penyakit. Tuhan Maha Besar.

Sisi cerita lain yang cukup memecut energi, ternyata banyak teman saya kreatif berbisnis paska likuidasi terjadi. Situasi terdesak seringkali menjadikan manusia lebih inovatif dan kreatif mengelola kelebihan diri. Mereka justru lebih sukses setelah tidak menjadi orang kantoran. Hebat! Satu catatan lagi, di balik tertawa dan foto bersama, ternyata ada pula dealing bisnis antar teman dari hasil ngobrol asal-asalan.

Namun ada pula satu sisi cerita yang membuat saya terus mengelus dada dan berdoa, saat mendengar teman yang harus berpacu dengan seluruh tenaga untuk menyambung hidupnya. Perihatin. Suasana gado-gado ini menjadikan saya introspeksi diri. Terus bersyukur dan berbagi atas segala nikmat-Nya, saat melihat teman-teman yang masih berat beban hidupnya. Namun saya juga butuh cambuk berkali-kali saat melihat teman yang kreatif, ulet dan berani. Ternyata banyak pelajaran hidup yang saya dapatkan dari sebuah reuni.

Baca lanjutannya ya...>>>>>
Subscribe