google-site-verification: google0ff5c5556fbbcbba.html

.:l jendela l:.

Celah Sirkulasi Untuk Berbagi

31.7.09

Katanya..

Diposting oleh diNa |

Tiba-tiba saya jadi ingat pendapat salah seorang teman saya setahun yang lalu. Katanya saya ini mempunyai kecenderungan melankoli - koleris. Itu artinya saya orang yang teratur, rapi, terjadwal dan harus sesuai dengan fakta, tegas sekaligus goal oriented. Bukannya saya suka dengan penilaian ini tapi malah ngeri! Bagaimana tidak? Saya membayangkan diri saya dalam tekanan, terstruktur, ga nyantai dan kurang 'nakal' (jangan artikan yang macem-macem ya..).

Penilaian teman saya ini memang ga sepenuhnya benar karena dia hanya melihat dari luarnya saja dan tidak mendalam. Sebaliknya saya merasa justru watak phlegmatis saya lebih dominan daripada koleris. Seharusnya pola watak ini ditentukan dari pengisian kuesioner kemudian dihitung scorenya baru akan ketahuan watak mana yang dominan. Sebenarnya saya penasaran sekali dengan penentuan watak ini, sayang sekali sampai sekarang saya belum menemukan bukunya.

Idealnya sih kita mempunyai 4 jenis watak. Namun meskipun begitu, pasti ada watak yang menonjol. Apakah itu Si Sanguinis "Yang Populer", karena cenderung ingin populer, senang bicara, namun cenderung berpikir pendek. Si Melankoli "Yang Sempurna", karena serba teratur, rapi, umumnya suka dengan fakta-fakta dan berpikir secara mendalam. Ada juga Tipe Koleris "Yang Kuat". Tipe ini katanya suka tantangan, goal oriented, tegas, kuat, cepat dan tak mudah menyerah. Sedangkan tipe ke-4 yaitu si Phlegmatis "Yang cinta Damai". Tipe yang cenderung ga suka konflik, pendengar yang baik, tapi kurang bersemangat dan cenderung pendiam.

Meskipun belum sepenuhnya benar karena saya belum mengisi sendiri kuesionernya, tapi penilaian teman saya cukup menggelitik dan bikin saya jadi berpikir. Bukan hanya berpikir tentang diri saya tetapi juga orang di sekeliling saya. Hmm.. saya harus mengurangi melankoli dan koleris saya (meskipun saya merasa koleris saya tidak dominan), tambahin sedikit sanguin dan phlegmatis, pas deh.. (kaya masakan aja). Rasanya memang penting untuk mengerti watak kita. Paling engga setelah ada 'penilaian' dasar dari teman saya itu kini saya berusaha mengurangi kecenderungan saya yang melankoli dan koleris, supaya bisa lebih santai, ga terlalu mikir, biar bisa agak urakan dan ga stress kalau hasil tidak sesuai harapan. People Change!

Bukan hanya buat diri kita, tapi kita juga perlu tahu sifat partner kita, anak kita, teman, team kita sehingga hubungan interpersonal menjadi semakin mulus. Kita jadi semakin tahu kenapa ada perbedaan reaksi antara satu orang dengan orang lainnya. Ujung-ujungnya kita jadi dapat lebih memahami teman, anak, bahkan pasangan kita. Sedaaapp...

Semuanya mulai dari kita. Kenali diri kita yang sebenarnya. Sudahkah?





sumber : Personality Plus oleh Nina Iqbal

Baca lanjutannya ya...>>>>>
4.7.09

S t a t u s

Diposting oleh diNa |

Banyak sekali media jejaring sosial di lingkungan kita. Mulai dari arisan, kumpul trah, bani, reuni, friendster dan kini yang lagi ngetop adalah Facebook (FB). Jejaring sosial ini mewabah dasyat bak virus. Media ini mampu melintasi batas usia, sosial dan budaya. Bisa jadi karena fasilitas penyokongnya kian canggih dan perangkatnya mobile. Serba mudah dan serba praktis yang menjadikan jejaring sosial ini semakin melejit. Mungkin juga karena ditambah stress yang semakin rajin menghampiri kita sehari-hari sehingga kita membutuhkan teman banyak dan teman lama untuk berbagi. Kini, dimanapun dan kapan pun orang-orang bisa cengengesan, sambil utak utik ponsel gendutnya (haram menyebutkan brand-nya, hehehe..).

Saya lebih condong gara-gara kehadiran ponsel gendut inilah kalangan tanpa batas, utamanya kelompok atas dengan koleksi usianya ikut-ikutan meramaikan kegemaran yang dulu 'hanya' milik kaum muda. Beda dengan jaman Friendster dulu, rasanya hanya perangkat laptop yang paling mobile, sehingga untuk bermain-main dengan jejaring sosial ini baru bisa terlaksana jika ada komputer atau laptop di dekatnya.

Banyak hal baru dalam hidup kita, FB bak 'Komnas HAM' yang mampu menemukan orang-orang terdekat kita yang hilang karena minimnya media komunikasi saat itu. Banyak zona kehidupan terkuak tergantung dimana zona kita dulu berada. Jujur, akhir-akhir ini saya agak sering membuka FB, apalagi setelah teman-teman kuliah muncul satu persatu. Saling sahut, olok, sindir, utamanya saat cerita lama ter-upload dan menjadi bagian pengalihan stress pekerjaan.

Ada keceriaan berbaur geli yang kini menjadi santapan sehari-hari manakala saya baca status demi status empunya FB. Saya sadar banyak yang slengekan, namun tidak sedikit yang menuliskan serius tapi bikin saya geli. Ada yang menulis aktivitas minum kopi di cafe lengkap dengan suara sruput-sruputnya. Belum lagi ada yang update statusnya hanya karena kebingungan mau makan siang apa atau engga bisa tidur gara-gara pilek dan masih banyak lagi yang bikin saya senyam-senyum menahan geli. Bahkan ada juga yang menuliskan tentang suara hatinya, "Hari ini ayah pulang gak ya?"atau "Miss u Papa", ada juga yang sedang korslet dengan pasangannya perasaan muaknya terlontar di status tanpa sadar. Masih banyak lagi masalah-masalah yang sifatnya pribadi meluas menjadi santapan orang banyak.

Saya jadi bepikir, ternyata masyarakat kita banyak juga yang ekstrovert ya.. atau gara-gara FB kita jadi extrovert? Rasanya yang ada di pikiran pengen semuanya dituangkan. Tapi sadarkah kita kalau apa yang kita tulisakan bisa dibaca oleh seabrek orang?





sumber gbr : matunes.com

Baca lanjutannya ya...>>>>>
Subscribe