google-site-verification: google0ff5c5556fbbcbba.html

.:l jendela l:.

Celah Sirkulasi Untuk Berbagi

10.6.10

si Kodok

Diposting oleh diNa |


Bukan bicara soal tempurung, pasangan sejati peribahasa kodok alias kodok dalam tempurung, tapi ini soal kendaraan rakyat produksi Jerman. Alat transportasi ini sempat 'menguasai' jalanan Indonesia era 70 hingga 80 an. Berbagai jenis merambah bumi Indonesia seperti combi, kodok, safari, varian, pasat dsb. Katanya, safari adalah keluarga VW yang paling akrab dengan KTP (Kartu Tanda Penduduk), karena kendaraan ini pernah mengabdi bagi para camat Indonesia. Sebelum program kependudukan, konon combi adalah pilihan keluarga 'besar', baik dalam jumlah anak maupun size, karena mobil bongsor ini mampu menampungnya. Nah, diantara jenis VW, kodok adalah 'icon'–nya.

Kodok mempunyai bentuk yang lucu dan tak lekang oleh jaman. Terlebih, hampir semua warna cat mampu menambah inner-beauty-nya. Kodok tak pernah me-reject karakter seseorang. Mau imut, mau tegas, mau gagah, mau selengekan, semua tercermin dari tampilan catnya. Keunikan inilah yang menjadikan populasi VW Kodok paling subur dibandingkan keluarga VW yang lain.

Ketika reuni di rumah teman, saya sempat melongo kagum melihat koleksi teman saya. Bagaimana tidak, di rumah joglonya bertenger tiga VW, dua kodok warna putih dan biru, plus safari warna oranye. Satu persatu saya tatap detailnya. Tatapan saya sebenarnya bukan berhenti di sini, tapi tatapan saya mengarah ke sorot mata 'binal' suami saya. Terlihat matanya memerah 'birahi' melihat nafsu terpendamnya selama ini. Suami saya memang penggila VW selain kamera, F1, Moto GP dan jeep. Apalagi suami saya pernah menjadi angota KMD (Komunitas Mobil Dinas) yang kebetulan adalah jeep. Pake mobil dinas jeep selama 15 tahun rasanya tidak bisa melupakan masa indahnya. Tapi VW tetap impian nomer satunya. Untungnya selama ini saya berhasil membelokkan keinginannya untuk tidak memiliki VW.

Teman kuliah saya lah yang selama ini menjadi pijakan berdiskusi soal VW. Minggu lalu teman saya bertugas di Surabaya, waktu luangnya dipenuhi schedule berburu dan meramu VW. Alhasil, obrolan si kodok semakin menyodok topik yang lain.

Tanggal 2 Juni, saat warga Surabaya memilih calon kepala daerah. Suami saya ternyata mempunyai dua agenda, satu memilih di TPS dan satu lain memilih Kodok hasil pengamatannya. Seperti kerbau yang dicocok hidungnya, saya tidak sempat beradu argumentasi. Wajahnya mencerminkan isi kepala yang menggebu untuk memperoleh keinginan lama. Saya semakin terpatung saat sebuah taksi berhenti menjemputnya, mengantar ke rumah si kodok.

Sekitar satu jam saya dag dig dug. Jujur, batin saya sebenarnya juga menyukai si kodok. Tapi, keputusan yang mendadak ini apakah mampu memenuhi hasrat saya? Saat kantuk menyerang, terdengar suara seperti hujan lebat mendadak mendarat. Suara gemuruh bercampur suara seruling berhenti di depan rumah. Melalui jendela, saya mengintip pujaan suami. Alhamdulillah, kesan pertama sangat memikat. Selanjutnya, permintaan drive test tidak bisa saya tolak. Plong, Alhamdulillah ternyata kenyamanan dan hembusan AC-nya mampu menyejukan rasa penasaran saya. Terlihat gaya shock culture gaya nyetir suami saya. Banyak panel yang berbeda dengan mobil hariannya. Si Kodok maroon kini telah resmi menjadi bagian dari keluarga kami, moga-moga ga mengurangi budget dapur :)




Baca lanjutannya ya...>>>>>
Subscribe