Manusia memang tidak ada puasnya. Kadang kita lupa bersyukur dengan apa yang telah kita punya dan dapatkan. Saat masalah mendera, bumi serasa bergoncang memporakporandakan pikiran dan jiwa. Rasanya beban berat ber-ton-ton harus dipikul di pundak, sendirian! Tak jarang kondisi ini membuat frustasi datang menghampiri. Manusiawi. Mungkin kita pernah merasakan meskipun dengan kadarnya masing-masing. Namun, cobalah kita tengok lingkungan di sekeliling kita, mungkin beban yang harus kita hadapi ternyata tidaklah seberapa dibandingkan mereka.
Bulan lalu saya hadir di beberapa reuni yang menjadi bagian rutinitas aktivitas mudik. Menu utamanya adalah ceritera seru yang membuat tertawa ngakak bebas, melepaskan semua masalah yang menghimpit, saling ledek membongkar ceritera pilu penuh malu. Seperti layaknya tayangan di sebuah televisi, ceritera rahasia penuh malu dibongkar secara kelakar. Seperti ceramah umum, anak dan suami/istri serasa mendapatkan amunisi ceritera baru tentang ayah/ibunya di masa lalu.
Lepas seru-seruan selalu terselip ceritera pilu penuh haru. Satu persatu sahabat yang sedang mendapatkan ujian dari Allah terpapar secara panjang lebar. Ada yang sedang sakit, ada yang harus mulai merangkak lagi menegakkan ekonomi keluarga, ada pula yang sedang menghadapi riak-riak rumah tangga. Tragis, ingin menangis. Belum lagi melihat sahabat yang terlahir dari keluarga dengan ekonomi hebat namun tidak mampu memaksimalkan fasilitas untuk berkembang pesat. Ceritera keterpurukan ekonomi dan penyakit adalah bagian yang selalu menyesakkan dada. Seru-seruan saat reuni, berubah menjadi oleh-oleh rasa haru. Rasanya belum lama saat meninggalkan kebersamaan di sekolah dulu, perubahan hidup masing-masing bagaikan gangsing yang berputar dan menjadikan kita pusing.
Dibalik ceritera haru, ada juga ceritera membanggakan. Saat melihat sebagian dari sahabat yang dulu 'minus' sekarang menjadi famous. Yang dulu 'nothing' sekarang berdiri tegak dengan jabatan penting. Perjuangan hidup menjadikan dia layak untuk memetik hasilnya. Kadang beberapa teman terlihat jealous, mereka lupa karena tidak melihat jungkir baliknya selama ini. Pasti, sahabat-sahabat saya tadi adalah 'pejuang' nasib. Berjuang tanpa lelah dan berbuah keberhasilan.
Reuni bagi saya adalah obat kangen. Tertawa lepas untuk melepas tekanan kerja. Juga saat kita harus melihat jauuuuuhhh ke belakang. Melihat kembali kumpulan 'telur ayam' yang dierami bersama, 'menetas' juga hampir bersama, perhatian dari induk yang kurang lebih juga sama, namun perjuangan, doa dan garis tangan yang selalu menyertai kita hingga dewasa. Kalau melihat itu semua, tak henti-hentinya rasa syukur mengucur deras saya panjatkan ke hadiratNya. Di atas langit masih ada langit. Hidup memang harus sawang sinawang.
Hai Haii… Krasivaya sudah 17 tahun lho!
3 hari yang lalu