google-site-verification: google0ff5c5556fbbcbba.html

.:l jendela l:.

Celah Sirkulasi Untuk Berbagi

18.10.09

Sawang Sinawang (Di atas Langit Masih Ada Langit)

Diposting oleh diNa |

Manusia memang tidak ada puasnya. Kadang kita lupa bersyukur dengan apa yang telah kita punya dan dapatkan. Saat masalah mendera, bumi serasa bergoncang memporakporandakan pikiran dan jiwa. Rasanya beban berat ber-ton-ton harus dipikul di pundak, sendirian! Tak jarang kondisi ini membuat frustasi datang menghampiri. Manusiawi. Mungkin kita pernah merasakan meskipun dengan kadarnya masing-masing. Namun, cobalah kita tengok lingkungan di sekeliling kita, mungkin beban yang harus kita hadapi ternyata tidaklah seberapa dibandingkan mereka.

Bulan lalu saya hadir di beberapa reuni yang menjadi bagian rutinitas aktivitas mudik. Menu utamanya adalah ceritera seru yang membuat tertawa ngakak bebas, melepaskan semua masalah yang menghimpit, saling ledek membongkar ceritera pilu penuh malu. Seperti layaknya tayangan di sebuah televisi, ceritera rahasia penuh malu dibongkar secara kelakar. Seperti ceramah umum, anak dan suami/istri serasa mendapatkan amunisi ceritera baru tentang ayah/ibunya di masa lalu.

Lepas seru-seruan selalu terselip ceritera pilu penuh haru. Satu persatu sahabat yang sedang mendapatkan ujian dari Allah terpapar secara panjang lebar. Ada yang sedang sakit, ada yang harus mulai merangkak lagi menegakkan ekonomi keluarga, ada pula yang sedang menghadapi riak-riak rumah tangga. Tragis, ingin menangis. Belum lagi melihat sahabat yang terlahir dari keluarga dengan ekonomi hebat namun tidak mampu memaksimalkan fasilitas untuk berkembang pesat. Ceritera keterpurukan ekonomi dan penyakit adalah bagian yang selalu menyesakkan dada. Seru-seruan saat reuni, berubah menjadi oleh-oleh rasa haru. Rasanya belum lama saat meninggalkan kebersamaan di sekolah dulu, perubahan hidup masing-masing bagaikan gangsing yang berputar dan menjadikan kita pusing.

Dibalik ceritera haru, ada juga ceritera membanggakan. Saat melihat sebagian dari sahabat yang dulu 'minus' sekarang menjadi famous. Yang dulu 'nothing' sekarang berdiri tegak dengan jabatan penting. Perjuangan hidup menjadikan dia layak untuk memetik hasilnya. Kadang beberapa teman terlihat jealous, mereka lupa karena tidak melihat jungkir baliknya selama ini. Pasti, sahabat-sahabat saya tadi adalah 'pejuang' nasib. Berjuang tanpa lelah dan berbuah keberhasilan.

Reuni bagi saya adalah obat kangen. Tertawa lepas untuk melepas tekanan kerja. Juga saat kita harus melihat jauuuuuhhh ke belakang. Melihat kembali kumpulan 'telur ayam' yang dierami bersama, 'menetas' juga hampir bersama, perhatian dari induk yang kurang lebih juga sama, namun perjuangan, doa dan garis tangan yang selalu menyertai kita hingga dewasa. Kalau melihat itu semua, tak henti-hentinya rasa syukur mengucur deras saya panjatkan ke hadiratNya. Di atas langit masih ada langit. Hidup memang harus sawang sinawang.

Baca lanjutannya ya...>>>>>
4.10.09

'Bonus' Mudik

Diposting oleh diNa |



Kemarau setahun, hujan berhari-hari. Kesegaran itulah yang saya rasakan. Kesegaran 'rohani' berkat amunisi spiritual dan sosial. Puasa telah banyak memberi pelajaran hidup. Menahan segala nafsu adalah pekerjaan penuh kesabaran. Berbagi, belajar untuk mengasah rasa peduli. Masih banyak pelajaran hidup yang dasyat, semua terangkum dalam indahnya Kemenangan Idul Fitri. Semua terasa lebih indah dengan hadirnya Silaturahmi. Dasyat, semua semakin terasa berarti dalam lingkungan indah bersama keluarga inti, keluarga luas, tetangga dan sahabat. Itulah artinya mudik!

Beruntung ya Allah, kami mempunyai roda empat, terlindung, sejuk dan empuk. Namun ya Allah, hati semakin teriris, sekaligus bangga manakala melewati segerombolan pemudik beroda dua. Satu anak, bapak dan ibu plus tas pakaian. Bahkan bisa lebih, dua atau tiga anak bersama bapak dan ibu tercinta disangga dua roda. Tidak ada atap berteduh, tidak ada AC yang menyegarkan dan tidak ada jaminan perlindungan kemanan di jalan. Saluuuutt.., semangat tetap menyala dalam mempertahankan tali silaturahmi. Jarak bukanlah halangan, tapi bagian dari 'sebuah permainan’ yang harus ditaklukkan. Sepanjang lebih 300 km rasa syukur terus dipanjatkan dapat mudik lebih aman dan privasi. Lebih bersyukur lagi melihat kelompok roda dua terlihat sumingrah dibalik kaca helm-nya

Tugas mudik adalah menyelesaikan sisa puasa, Sholat Ied bersama keluarga, saling bermaafan, membantu ‘open house’ ibu dengan para tetangga, makan ketupat opor ayam bersama, dan berbagi. Tugas mudik yang bersifat privasi adalah belajar menahan tidak gelap mata. Rakus adalah musuh utama, mati-matian harus menjaga berat ideal side effect ibadah puasa sebulan penuh. 'Bonus' mudik inti isi kepala adalah reunian. Bertemu sahabat lama di SD, SMP, SMA dan kuliah tidak semua bisa terpenuhi, walau ada perasaan kuat ingin bertemu. Memilih adalah solusi agar terjadi keseimbangan antara kebutuhan keluarga, mertua, saudara balance dengan kebutuhan sosial. Tahun ini saya mencoba empati untuk seorang sahabat SMA yang sedang berjuang melawan kanker. Bersama teman-teman SMA berusaha menjadi penyemangat bahwa kanker harus dilawan dan ada Tuhan yang Maha Segalanya.

Ujung dari rangkaian mudik adalah bertemu teman kuliah. Memilih rumah teman yang asri dan luas dengan bangunan joglonya yang unik jadilah ajang ‘ngrumpi’ yang asik. Blaaass.. semua urusan kantor dan tetek bengek di Surabaya sirna. Seperti orang 'sakit' yang sembuh total tanpa harus berobat. Guyon dan cengengesan masih orisinil seperti dulu. Memori di kampus berhembus disambut gelak tawa tak ada habisnya. Bersyukur saya selalu dikelilingi sahabat yang menyenangkan. Guyon ngawur ngalor ngidul dalam rasa hormat kekeluargaan yang tinggi. Alhamdulillah, Mudik ber'Bonus' yang tak terhingga nikmatnya.


Selamat jalan Lebaran 1430 H, sampai jumpa tahun depan!



Baca lanjutannya ya...>>>>>
Subscribe