google-site-verification: google0ff5c5556fbbcbba.html

.:l jendela l:.

Celah Sirkulasi Untuk Berbagi

2.11.08

Aura Madura

Diposting oleh diNa |



Ini adalah penggalan ceritera yang saya tahu tentang Madura. Hampir setiap bulan saya mengunjungi pulau ini karena dalam bekerja pulau Madura menjadi bagian dari tanggung jawab saya. Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep menjadi route yang tak asing lagi.

Aturan baku ke Madura harus melalui Pelabuhan Perak, menumpang Ferry menuju Kamal Madura dengan durasi melaut kira-kira 30 menit. Mau nyaman? Kompromi dengan sopir untuk tetap menyalakan mesin mobil agar AC tetap berhembus sejuk. Setelah berlabuh, mulailah mobil menyentuh aspal jalan yang sempit, mirip dengan jalan-jalan di Bali. Hati-hati jangan ngebut, karena angkot di sana kadang-kadang bisa berhenti mendadak, memotong jalan. Hati-hati juga banyak pasar membelah jalanan yang sempit dan agak bergelombang. Banyak hal yang ingin saya bagikan gratis untuk teman-teman melalui Jendela rumah saya.

Sampang. Inilah kabupaten kedua setelah Bangkalan. Waktu tempuh dari Surabaya kurang lebih 2 jam. Setelah mengunjungi pantai Camplong, jangan lupa mampir ke Bebek Songkem. Ceritera ‘mak nyus-nya’ kuliner ini sudah menyebar luas. Banyak program kuliner yang mengulitinya. Bahkan pada saat saya makan siang di sana salah satu TV swasta nasional sedang mengupas makanan ini, beruntung saya dapat menghindar dari target wawancara, karena saya tidak ingin terkenal, hehehe.. Keistimewaan makanan ini karena bebek yang telah dibalut dengan berbagai macam bumbu dikukus dalam bungkus daun pisang. Bagi yang tidak suka bebek seperti saya bisa memesan ayam. Bebek atau ayam yang sudah dikukus akan lebih enak lagi kalau digoreng, hhhmm… bener-bener mak nyuuuss.. Nah, sebagai pencuci mulut, kita bisa membeli jambu air yang terkenal sangat manis rasanya.

Madura juga terkenal dengan garam, karapan sapi, batik dan ramuan Maduranya. Tapi disini saya tidak akan membahas tentang karapan sapi, garam atau dasyatnya ramuan Madura (hmm.. pasti deh pada tau semuanya), saya hanya akan sedikit mengupas mengenai uniknya batik Madura.

Batik Madura agak sedikit berbeda dengan batik-batik lainnya. Di banyak daerah, kebanyakan batik didominasi warna natural kecoklatan, namun tidak di Madura. Batik Madura kebanyakan didominasi warna cerah merah dan hijau, warna-warna yang dinamis. Di Bangkalan konon ada perkampungan penghasil batik, tepatnya di daerah Tanjung Bumi. Sayang saya belum sempat kesana. Namun di Pamekasan ternyata saya menemukan satu rumah penghasil batik Madura. Begitu melihat batik-batik terpampang rasanya jadi lapar mata. Harga kain sarung hanya sekitar Rp. 30.000 an, kain baju yang berukuran lebih kurang 3 m tidak lebih dari Rp. 65.000,-. Batik sutera berikut kerudungnya hanya berkisar Rp. 200.000,- an. Harga batik memang tergantung jenis kainnya. Sayang, saat itu hari sudah sore, jadi saya dan teman tidak punya banyak waktu untuk mengaduk-aduk lebih dalam lagi, karena kami tidak mau terlalu malam sampai di rumah.

Setelah durasi 4 - 5 jam dari Surabaya, kita akan sampai di Sumenep. Kabupaten paling timur dari pulau ini. Disini terdapat pantai yang kabarnya lebih indah daripada Kuta Bali. Disini pulalah konon pusat Kerajaan di Madura. Di Sumenep memang banyak obyek wisata dan bangunan bersejarah, salah satunya masjid Agung Sumenep. Entah kenapa saya selalu berusaha menyempatkan sholat disini. Masjidnya kuno, arsitekturnya unik, karena merupakan kolaborasi budaya Madura, Eropa dan Cina. Konon masjid ini sudah berusia ratusan tahun. Sholat di masjid ini rasanya adem dan tenang. Angin semilir mengantarkan saya bersujud padaNya.

Meskipun panasnya cukup menyengat namun Madura menyimpan aura yang luar biasa. Tertarik ke Madura?






Baca lanjutannya ya...>>>>>
Subscribe